Wednesday, June 10, 2009

Isap-Isap Masuk



Download File Disini

Cheska




Download File Disini

Bule


Bule
Download Disini

Batam Bergoyang

Batam Bergoyang



Download File Disini

Sedot Teruss



Sedot Teruss
Download Disini

Sedot Teruss



Sedot Teruss
Download Disini

Pembantu


Pembantu Lagi
Download disini

ABG Di Kasur



Abg Di Kasur
Download Disini

Paket Pluss

Paket Pluss


Paket Pluss
Download Disini

Ada Telepon Mas



Ada Telepon mas .

Download Disini

Liatin Toket


Liatin Toket

Download Disini

Birahi Anna

Anna dan Dicky menyiapkan jamuan makan mewah, sebab masakan yang dipesan dari salah satu restoran mahal di bilangan Jakarta ini. Dengan mengenakan celana panjang coklat tua dan kaos berleher berwarna coklat muda, aku tiba di rumah mereka pukul 18 dan melihat Sinta telah ada di sana. Dicky mengenakan celana panjang hitam dan hem biru muda bertangan pendek. Anna mengenakan gaun warna biru muda, seperti warna hem suaminya, agak ketat membungkus tubuhnya yang seksi, gaun itu tergantung di pundaknya pada dua utas tali, sehingga memperlihatkan sebagian payudaranya. Sinta tak ubahnya seorang putri, memakai gaun berwarna merah muda, ketat menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya yang menggairahkan, juga dengan belahan dada agak rendah dengan potongan setengah lingkaran. Keduanya seolah-olah ingin menunjukkan keindahan payudaranya di depanku dan Dicky untuk menyatakan payudara siapa yang paling indah. Payudara kedua perempuan itu memang tidak terlalu besar, tetapi cukup merangsang buatku. Milik Anna lebih kecil sedikit daripada milik Sinta. Hal itu sudah kubuktikan sendiri ketika mencoba menelan payudara keduanya. Payudara Sinta masih tersisa lebih banyak daripada payudara Anna, waktu kuisap sebanyak-banyaknya ke dalam mulutku.



Kami berempat duduk di ruang makan menikmati jamuan yang disediakan tuan rumah. Hidangan penutup dan buah-buahan segar membuat kami sangat menikmati jamuan tersebut.



Dari ruang makan, kami beranjak ke ruang keluarga. Anna menyetel musik klasik, sedangkan Dicky mengambil minuman bagi kami, ia menuangkan tequila buat Anna dan Sinta, sedangkan untuknya dan aku, masing-masing segelas anggur Prancis, agak keras kurasa alkoholnya. Rona merah membayang pada wajah mereka bertiga, dan kupikir demikian juga denganku, akibat pengaruh minuman yang kami teguk. Percakapan kami yang semula ringan-ringan di seputar kerja dan kuliah Sinta makin beralih pada hal-hal erotis, apalagi waktu Anna melihat ke arahku dan berkata, “Wah, pengaruh anggur Prancis sudah membangunkan makhluk hidup di paha Agus. Lihat nggak tuh Sin?” Sinta menengok ke bagian bawah tubuhku dan membandingkan dengan Dicky, “Lho, yang satu ini pun sudah mulai bangkit dari kubur, hi… hi….hi…”



Sinta yang duduk di dekatku menyenderkan kepalanya pada bahu kananku. Anna mengajak suaminya berdiri dan berdansa mengikuti irama lagu The Blue Danube-nya Strauss. Entah pernah kursus atau karena pernah di luar negeri, mereka berdua benar-benar ahli melakukan dansa. Setelah lagu tersebut berlalu, terdengar alunan Liebestraum. Dicky melepaskan pelukannya pada pinggang Anna dan mendekati Sinta, lalu dengan gaya seorang pangeran, meminta kesediaan Sinta menggantikan Anna menemaninya melantai, sementara Anna mendekatiku.



Aku yang tak begitu pandai berdansa menolak dan menarik tangan Anna agar duduk di sampingku memandang suaminya berdansa dengan keponakannya. Rupanya Sinta pun tidak jelek berdansa, meskipun tak sebagus Tantenya, ia mampu mengimbangi gerakan Dicky. Saat alunan lagu begitu syahdu, mereka berdua saling merapatkan tubuh, sehingga dada Dicky menekan payudara Sinta. Di tengah-tengah alunan lagu, wajah Dicky mendekati telinga Sinta dan dengan bibirnya, ia mengelus-elus rambut di samping telinga Sinta dan dengan kedua bibirnya sesekali cuping telinga Sinta ia belai. Tatapan Sinta semakin sayu mendapati dirinya dipeluk Dicky sambil dimesrai begitu. Lalu bibir Dicky turun ke dagu Sinta, menciumi lehernya. Kami dengar desahan Sinta keluar dari bibirnya yang separuh terbuka. Lalu ia dengan masih berada pada pelukan Dicky di pinggangnya, mengarahkan ciuman pada bibir Dicky. Mereka berpagutan sambil berpelukan erat, kedua tangan Dicky melingkari pinggul Sinta, sedangkan kedua tangan Sinta memeluk leher Dicky. Permainan lidah mereka pun turut mewarnai ciuman panas itu.



Dicky lalu membuka gaun Sinta hingga terbuka dan melewati kedua pundaknya jatuh ke lantai. Kini Sinta hanya mengenakan kutang dan celana dalam berwarna merah muda. Tangan Sinta ikut membalas gerakan Dicky dan membuka hemnya, kemudian kulihat jari-jarinya bergerak ke pinggang Dicky membukai ikat pinggang dan risleting celana Dicky. Maka terlepaslah celana Dicky, ia hanya tinggal memakai celana dalam. Lalu jari-jari Sinta bergerak ke belakang tubuhnya, membuka tali kutangnya, hingga menyembullah keluar kedua payudaranya yang sintal. Keduanya masih saling berpelukan, melantai dengan terus berciuman. Namun tangan keduanya tidak lagi tinggal diam, melainkan saling meraba, mengelus; bahkan tangan Dicky mulai mengelus-elus bagian depan celana dalam Sinta. Sinta mendesah mendapat perlakuan Dicky dan mengelus-elus penis Dicky dari luar celana dalamnya, lalu dengan suatu tarikan, ia melepaskan pembungkus penis tersebut sehingga penis Dicky terpampang jelas memperlihatkan kondisinya yang sudah terangsang. Dicky mengarahkan penisnya ke vagina Sinta dan melakukan tekanan berulang-ulang hingga Sinta semakin liar menggeliatkan pinggulnya, apalagi ciuman Dicky pada payudaranya semakin ganas, dengan isapan, remasan tangan dan pilinan lidahnya pada putingnya. Sinta terduduk ke karpet diikuti oleh Dicky yang kemudian meraih tubuh Sinta dan membaringkannya di sofa panjang. Dengan jari-jari membuka celah-celah celana dalam Sinta, mulutnya kemudian menciumi vagina Sinta. Erangan Sinta semakin meninggi berganti dengan rintihan. “Dick, ayo sayang ….. ooooohhhh …. Yahhh, gitu sayang, adddduhhhh … nikmat sekali ….. aaakkkhhhh …. ”



Setelah beberapa saat mengerjai vagina Sinta, Dicky berlutut dekat Sinta dengan kaki kanan bertelekan di lantai, sedangkan kaki kirinya naik ke atas sofa, ia arahkan penisnya ke vagina Sinta dari celah-celah celana dalam Sinta. Lalu perlahan-lahan ia masukkan penisnya ke vagina Sinta dan mulai melakukan tekanan, maju mundur, sehingga penisnya masuk keluar vagina Sinta.

Anna yang duduk di sebelah kiriku terangsang melihat Dicky dan Sinta, lalu mencium bibirku. Kubalas ciumannya dengan tak kalah hebat sambil mengusap-usap punggungnya yang terbuka. Anna memegangi kedua rahangku sambil menciumi seluruh wajahku, lidahnya bermain di sana-sini, membuat birahiku semakin naik, apalagi ketika lidahnya turun ke leherku dan dibantu tangannya berusaha membuka kaosku. Kuhentikan gerakannya meskipun ia membantah, “Ayo dong Gus?”



“Tenang sayang …. ” kucium bibirnya sambil menunduk dan dengan tangan kiri menahan lehernya, tangan kananku mengangkat kakinya hingga ia jatuh ke dalam boponganku dan kugendong menuju kamar tidur mereka. Kami tak pedulikan lagi Dicky dan Sinta yang semakin jauh saling merangsang. Kurebahkan tubuhnya di ranjang dan kubuka seluruh pakaianku.



“Cepet banget Gus, udah sampai ke ubun-ubun ya sayang?” tanya menggoda sambil berbaring.



“Udah berapa minggu nich, kangen pada tubuhmu …” jawabku sambil mendekati dirinya.



Kembali kulabuhkan ciuman pada bibirnya sambil jari-jariku mengelus pundaknya yang terbuka sambil membukai kedua tali di pundaknya. Lidahku mencari payudaranya dan mengisap putingnya. Isapan mulutku pada putingnya membuat Anna mengerang dan menggelinjang, apalagi ketika sesekali kugigit lembut daging payudaranya dan putingnya yang indah, yang sudah tegang. Mungkin karena pengaruh minuman keras dan tontonan yang disajikan Sinta dan Dicky barusan, kami berdua pun semakin liar saling mencium tubuh yang lain satu sama lain. Pakaian kami sudah terlempar kesana kemari. Ciuman bibir, elusan jari-jari dan bibir, remasan tangan, jilatan lidah menyertai erangan Anna dan aku. Kami berdua seolah-olah berlomba untuk saling memberikan kepuasan kepada yang lain. Apalagi ketika Anna menindih tubuhku dari atas dengan posisi kepala tepat pada pahaku dan mengerjai penisku dengan ganasnya. Vaginanya yang tepat ada di atas wajahku kuciumi dan kujilati, klitorisnya kukait dengan lidah dan kugunakan bibirku untuk mengisap klitoris yang semakin tegang itu. Setelah tak tahan lagi, Anna segera bangkit lalu menungging di depanku. Rupanya ia mau minta aku melakukan doggy style posisi yang sangat ia sukai. Dari ruang keluarga, kudengar rintihan Sinta dan erangan Dicky. Mungkin mereka sudah semakin hebat melakukan persetubuhan.



Kuarahkan penisku ke vagina Anna. Kugesek-gesekkan kepala penis hingga ia kembali merintih, “Guuussss, jangan permainkan aku! Ayo masukin dong, aku nggak tahan lagi, sayaaaanngg!” pintanya.



Penisku mulai masuk sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya. Kupegang pinggulnya dan memaju-mundurkan tubuhnya mengikuti alunan penis masuk keluar vaginanya. Sekitar lima menit kulakukan gerakan begitu, ia belum juga orgasme, begitu pula aku. Kemudian kuraba kedua payudaranya yang menggantung indah dari belakang. Kuremas-remas sambil merapatkan dadaku ke punggungnya. Ia mengerang, mendesah dan merintih. “Ahhhh ….. sshsshh, ouuughhhh, nikmatnyaaaa …… sayangkuuuuu. ….” Mendengar suaranya dan merasakan geliat tubuhnya di bawah tubuhku, membuatku makin terangsang. Lalu kutarik kedua tangannya ke belakang tubuhnya. Kupegang lengannya dengan sentakan kuat ke arah tubuhku hingga ia mendongakkan kepalanya. Kedua tangannya berusaha menggapai payudaranya dan meremas-remas payudaranya sendiri. Kami berdua kini dalam posisi bertelekan pada lutut masing-masing, agak berlutut, ia tidak lagi menungging, penisku membenam dalam-dalam ke vaginanya. Rintihan Anna semakin tinggi dan saat kuhentakkan beberapa kali penisku ke dalam vaginanya, ia menjerit, “Aaaaahhhhhh ….. oooooggghhh …..” Penisku terasa diguyur cairan di dalam. Aku tak kuat lagi menahan nafsuku dan menyusul dirinya mencapai puncak kenikmatan. Ia lalu menelungkup dengan aku menindih punggungnya yang sesekali masih memaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya. Keringat bercucuran di tubuh kami, meskipun pendingan kamar itu cukup dingin ketika kami baru masuk tadi.



Kemudian kami berbaring berpelukan, aku menelentang sedangkan Anna merebahkan tubuhnya di atasku. Di ruang sana tak terdengar lagi suara Dicky dan Sinta, mungkin mereka juga sudah orgasme. Tanpa sadar, aku tertidur, juga Anna. Aku terjaga ketika merasakan ciuman pada bibirku. Kubalas ciuman itu, tetapi aromanya berbeda dengan mulut Anna. Kubuka kelopak mataku, kulihat Sinta masih telanjang membungkuk di atas tubuhku sambil menciumi aku. Mataku terbuka lebar sambil memagut bibirnya memainkan lidahku di dalam mulutnya, ia membalas perlakuanku hingga lidah kami saling berkaitan. Sedangkan Dicky kulihat mendekati Anna dan menciumi payudara istrinya. Anna menggeliat dan membalas ciuman dan pelukan suaminya. Tangannya mengarah ke bagian bawah tubuh Dicky meraih penis suaminya yang sudah melembek. Ia rabai dan kocok penis itu, hingga kuperhatikan mulai bangun kembali. Sinta yang semula hanya menciumi bibirku dan memainkan lidahnya, menurunkan ciumannya dan mencari dadaku, di sana putingku diciumi dan digigitnya lembut. Lama-lama gigitannya berubah semakin buas, hingga membuatku merintih sakit bercampur nikmat, “Kenapa, sayang? Sakit ya?” tanyanya menghentikan permainannya sambil menatapku. Aku menggelengkan kepala dan memegang kepalanya agar kembali meneruskan ulahnya. Lidahnya kembali terjulur dan bermain di putingku bergantian kiri dan kanan. Setelah itu, ia turunkan ciumannya ke penisku yang masih ada sisa-sisa sperma dan cairan vagina Anna. Ia lumat dan masukkan penisku ke dalam mulutnya. Penis yang sudah lembek itu kembali tegang mendapat perlakuan mulutnya. Tangannya memegang pangkal penisku melakukan gerakan mengocok. Bibirnya dan lidahnya juga bermain di testisku dan “Uuuuhhhh ….” aku mendesah, sebab kini lidahnya menjilati analku tanpa rasa jijik sedikit pun. Setelah itu kembali mulutnya bermain di testisku dan memasukkan kedua testis itu bergantian ke dalam mulutnya. Sedotan mulutnya membuat birahiku kembali muncul. Sementara rintihan Anna kembali terdengar. Kuintip mereka, Dicky kini menciumi paha istrinya, sama seperti perbuatan Sinta padaku.



Sinta melihat penisku makin tegang, tetapi kemudian ia melangkah ke bufet kecil di samping ranjang. Tak lama kemudian ia kembali ke ranjang sambil memegang dildo berwarna merah di tangannya. Penis buatan itu memiliki tali yang kemudian ia ikatkan ke pinggangnya sehingga kini Sinta terlihat seperti seorang laki-laki, tetapi memiliki payudara.

Dicky masih terus menciumi paha isterinya ketika Sinta memegang rambut Dicky dan meminta Dicky menciumi payudara isterinya, sedangkan penis buatan sudah ia arahkan ke vagina Anna. Dicky menoleh sekilas ke arah Sinta, tetapi ia tidak menolak dan meremas-remas payudara istrinya sambil menciumi dan memilin putingnya. Desahan Anna semakin kuat disertai geliat tubuhnya, apalagi saat dildo Sinta mulai memasuki vaginanya yang kembali basah. Sinta kemudian memaju-mundurkan tubuhnya hingga dildo itu masuk keluar vagina Anna. Anna mengerang dan meracau dengan tatapan mata sayu. Kudekati wajahnya dan kupagut bibirnya sambil turut membelai payudaranya membantu suaminya yang masih terus meremas dan menciumi payudaranya.



Beberapa saat dengan posisi itu, membuat Anna kembali naik birahi. Sinta kemudian membalikkan tubuhnya ke samping sambil memegangi pinggang Anna agar mengikuti gerakannya. Aku membantu gerakannya dan menggeser tubuh Anna hingga kini berada di atas tubuh Sinta dengan dildo Sinta yang tetap menancap pada vagina Anna. Anna yang ada di atas Sinta kini, menduduki perut Sinta sambil melakukan gerakan seakan-akan sedang menunggang kuda. Desahan Anna semakin kuat sebab dildo itu benar-benar masuk hingga pangkalnya ke dalam vaginanya. Sinta tidak banyak bergerak, hanya pasif, tetapi jari-jarinya bermain di sela-sela vagina Anna merangsang klitoris Anna. Aku memeluk Anna dari belakang punggungnya, sedangkan Dicky dari arah depan tubuh Anna meremas-remas dan sesekali menciumi dan menjilati payudara Anna.



“Gus, masih ada lubangku yang nganggur, ayo sayangg….. oooohhhh, nikmatnya” desahnya memohon.



Aku menyorong tubuh Anna agar rebah di atas tubuh Sinta, lalu kusentuh lubang analnya. Kubasahi dengan sedikit ludah bercampur cairan vaginanya sendiri. Lalu setelah cukup pelumas, kumasukkan penisku ke dalam analnya. Kugerakkan penisku maju mundur, sedangkan Anna dan Sinta saling berciuman, dan Dicky meremas-remas payudara kedua perempuan itu bergantian. Rintihan kedua perempuan itu semakin kuat terdengar.



Mungkin karena merasa tindihan dua tubuh di atasnya agak berat, Sinta agak megap-megap kulihat, sehingga kuajak mereka berdua melakukan gerakan ke samping. Aku kini berbaring terlentang. Penisku yang tegang dipegangi tangan Anna dan diarahkannya masuk ke dalam analnya sambil merebahkan tubuhnya terlentang di atasku. Lalu Sinta kembali berada di atas tubuh Anna memasukkan dildo pada pangkal pahanya ke dalam vagina Anna. Gerakan Sinta kini aktif, berganti dengan aku yang pasif pada anal Anna. Tak lama kemudian Anna orgasme disertai rintihan panjangnya. Kupeluk ia dari bawah, sedangkan bibirnya diciumi oleh Sinta dengan ganasnya. Dicky masih terus meremas-remas payudara kedua perempuan itu. Lalu Sinta mencabut penis buatan dari vagina Anna dan berbaring di sampingku, sementara Dicky meletakkan tubuhnya di samping Sinta sambil memeluk tubuh Sinta dan mencium bibirnya.



Sekitar sepuluh menit kemudian, Anna bangun dari atas tubuhku dan membuka tali yang mengikat dildo pada pinggang Sinta.

Diperlakukan seperti tadi, rupanya membuat Anna juga ingin mencoba apa yang dilakukan oleh Sinta terhadap dirinya. “Mas, Gus, pegangi tangan dan kaki Sinta. Yuk buruan, jangan berikan kesempatan buat dia!” katanya memerintah kami berdua. Sinta yang masih kecapekan karena mengerjai Anna tadi mencoba meronta-ronta ketika tanganku memegangi kedua tangannya dan mementangkan lebar-lebar, sedangkan Dicky memegangi kedua telapak kakinya sehingga kedua paha dan kakinya terpentang lebar. “Ah, Tante curang, masak pake pasukan mengeroyok ponakannya …” katanya protes.



“Biarin, abis ponakan nakal kayak gini. Masak Tantenya dihabisi kayak tadi?” gurau Anna sambil berlutut di antara kedua paha Sinta. Ia lalu menundukkan wajahnya menciumi dan menjilati vagina Sinta. Sinta benar-benar tidak bisa berkutik, meskipun ia menggeliat-geliat, apalah artinya, sebab tangan dan kakinya dipegangi oleh dua lelaki dengan kuatnya. Puas menciumi vagina Sinta, Anna mengangkangkan pahanya di luar paha Sinta, lalu menujukan dildo pada pahanya ke dalam vagina Sinta. Setelah dildo tersebut masuk, kedua pahanya bergerak ke arah dalam ke bawah kedua paha Sinta, sehingga kedua paha Sinta semakin rapat mengunci dildo yang sudah masuk dengan mantap ke dalam vaginanya. Sedangkan di bawah, kedua tungkainya mengunci kedua tungkai Sinta. Kini tanpa dipegangi oleh tangan Dicky pun, kaki Anna sudah mengunci paha dan kaki Sinta dengan ketatnya. Mulut Anna mengarah pada payudara Sinta dan melumat habis kedua payudara keponakannya. Sedangkan aku, sambil mementangkan kedua tangan Sinta, mencium bibirnya dan memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Sesekali kuangkat wajahku dan berciuman dengan Anna.



Erangan Sinta yang tak menduga serangan Tantenya semakin dahsyat, terdengar semakin berubah menjadi rintihan. Apalagi Tantenya semakin cepat menggerakkan dildo ke dalam vaginanya. Beberapa kali ia malah menghentakkan dalam-dalam dildo tersebut ke vagina Sinta. Mungkin karena sudah sering melihat bagaimana gerakan penis suaminya atau penisku masuk keluar vaginanya, ia pun tergoda untuk melakukan aksi serupa. Cuma sekitar lima menit diserang begitu, Sinta tak kuasa lagi bertahan, ia merintih lirih, “Tante Annnnaaaaa, aku dapet ….. aaahhhhhh …… nikmattt …… sssshhhhh .…… ooouuugghhh ….. aaaakkkhhh.”



Anna masih terus merojok vagina Sinta, hingga Sinta memaksaku melepaskan kedua tangannya dan menolakkan tubuh Tantenya, “Tante, udah dong, bisa pecah ntar memiawku!! Ahhh … sadis deh Tante!!” katanya. Kami tertawa mendengar kalimatnya, sebab tahu mana mungkin pecah vaginanya dengan alat yang mirip penisku dan penis Dicky. Anna merebahkan tubuh di samping Sinta seraya mencium bibir Sinta dengan lembut. Keduanya berciuman agak lama dan kembali berbaring terlentang berdampingan. Aku dan Dicky mengambil tempat di samping mereka berdua.



Setelah itu, Anna memintaku menyetubuhinya dengan posisi ia di atas dan aku berbaring di bawah, kemudian ia minta lagi Sinta untuk memakai penis buatan tadi ke dalam analnya lalu meminta penis suaminya untuk ia lumat habis-habisan. Sinta yang ingin membalas perbuatan Tantenya, tidak menolak. Dengan cepat diikatkannya tali dildo itu dan menyerang anal Tantenya. Rintihan Anna kembali terdengar di sela-sela lumatan bibir dan mulutnya pada penis suaminya. Dicky masih mau diperlakukan demikian beberapa kali, tetapi mungkin karena tak tahan melihat ada vagina menganggur, ia kemudian mendekati bagian bawah tubuh kami dan kulihat mengusap-usap pantat Sinta. Lalu ia memasukkan penisnya ke dalam vagina Sinta. Empat tubuh telanjang berkeringat kini saling bertindihan. Dicky paling atas menyetubuhi Sinta, sementara Sinta dengan dildo-nya mengerjai vagina Anna, dan aku paling bawah mengerjai anal Anna dengan penisku yang tegang terus. Sprey ranjang sudah acak-acakan oleh tingkah kami berempat, tapi kami tak peduli lagi pada kerapihan.



Masih dengan napas tersengal-sengal, Sinta membisikkan sesuatu ke telinga Dicky. Dicky yang sudah melepaskan dirinya dari tubuh Sinta, memeluk tubuh istrinya melepaskan analnya dari hunjaman penisku. Sinta kemudian mendekati aku dan berbisik, “Gus, kita kerjai Tante lagi yuk? Sekarang coba masukin penis kalian berdua ke memiawnya, ntar aku bantu dengan dildo pada analnya.”



Wah ide yang unik, pikirku sambil mengangguk. Kemudian kuraih tubuh Anna, “Ada apa sich Gus, aku masih capek sayang!” Tapi penolakannya tak kuhiraukan. Kutarik tubuhnya rebah menelungkup di atas tubuhku sambil menggenggam penis yang kuarahkan pada vaginanya. Dasar vaginanya masih merekah, dengan mudahnya penisku melesak ke dalam, membuatnya kembali mendesah. Tak lama kemudian, Dicky mendekati kami dan mengarahkan penisnya ke dalam vagina Anna. Penisku yang masih berada di dalam vagina Anna, bergesekan dengan penis Dicky yang mulai menyeruak masuk keluar ke dalam. Mata Anna yang tadinya sayu mendapat seranganku, membeliak merasakan nikmat akibat dimuati dua penis pada vaginanya. Ia tak kuasa melawan walaupun semula merasa vaginanya begitu padat dimasuki dua penis sekaligus.



Kemudian kulihat Sinta memperbaiki letak dildo yang masih ia kenakan. Lalu dengan hati-hati ia menempatkan dirinya di antar tubuh Dicky dan pantat Anna. Dicky memberikan ruang gerak padanya dengan mencondongkan tubuhnya ke arah belakang dan menahan berat badannya dengan kedua tangannya, sehingga Sinta bebas memasukkan dildo ke dalam anal Anna. Aku dan Dicky menghentikan gerakan dengan tetap membiarkan kedua penis kami berada di dalam vagina Anna. Begitu dildo Sinta masuk ke dalam analnya, Dicky mulai menggerakkan penisnya lagi, merasakan gerakan itu, aku mengikuti irama mereka berdua. Rintihan Anna meninggi saat dildo Sinta memasuki analnya bersamaan dengan kedua penis kami. Kututup rintihannya dengan mencium bibir Anna. Ia memagut bibirku dengan kuat, bahkan sempat menggigit bibirku dan mengisap lidahku kuat-kuat. Mungkin pengaruh desakan dua penis sekaligus pada vaginanya dan penis buatan pada analnya, membuat Anna melayang-layang mencapai puncak kenikmatan yang lain dari biasanya.



Ia tidak lagi mengerang atau mendesah, melainkan merintih-rintih dan bahkan sesekali menjerit kuat. “Auuuhhh …. Ooooohhhhh …. gila ….. kalian bertiga benar-benar gila! Uuuukhhhh ….. sssshhhhh ….. aakkkkhhhh …..” rintihnya sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya menerima serangkan kami bertiga. Pagutan bibirku menutup rintihannya dengan lilitan lidah yang menjulur memasuki rongga mulutnya. Sinta merapatkan tubuhnya ke punggung Tantenya dan kedua tangannya bergerak meremas-remas kedua payudara Tantenya. Anna merintih menikmati serangan di sekujur tubuhnya terutama pada bagian-bagian vitalnya. Entah sudah berapa puluh kali penisku dan penis Dicky bergerak masuk keluar vagina Anna dan analnya dirojok dildo Sinta. Sementara kedua tangan Dicky masih menyangga tubuhnya, ia tak bisa berbuat apa-apa walaupun kulihat beberapa kali mencoba meraih punggung Sinta untuk meremas-remas kedua payudaranya dari belakang, tapi posisinya tidak menguntungkan. Ia kemudian memusatkan pikiran pada gerakan penisnya yang semakin cepat kurasakan bergesekan dengan penisku di dalam vagina Anna yang sudah semakin becek.



Rintihan Anna semakin tinggi berubah menjadi jeritan. Ia memiawik-mekik nikmat, ketika mencapai orgasme. Dicky menyusul menghentakkan penisnya kuat-kuat ke dalam vagina istrinya, tapi kedua tangan Anna menahan pantat suaminya, agar tetap melabuhkan penisnya di dalam vaginanya. Ia seakan tidak rela penis kami keluar dari vaginanya, meskipun ia sudah orgasme. Tak lama kemudian, suaminya menyerah, mencabut penisnya.



Aku masih bertahan dan meminta Sinta berbaring dengan Tantenya terlentang di atas tubuhnya dan dildo yang dipakainya ia masukkan ke anal Anna, sementara aku menancapkan penisku ke vagina Anna. Meskipun Sinta berada di bawah tubuh Tantenya, tubuh Anna kupegangi agar tidak membebani Sinta. Kuraih pundaknya agar merapat ke tubuhku. Tangan Anna bermain di kedua payudara Sinta sambil menikmati hunjaman dildo Sinta pada analnya dan penisku pada vaginanya yang barusan sudah mencapai kenikmatan. Dicky berbaring di sisi Sinta sambil membantu Anna membelai dan meremas-remas payudara Sinta dan sesekali mencium bibir Sinta. Tangan Dicky bermain di bagian bawah tubuh Sinta, rupanya ia mengorek-ngorek vagina Sinta, hingga gadis itu tidak hanya menancapkan dildo ke vagina Tantenya, tetapi juga menaiki anak tangga kepuasan oleh permainan tangan Dicky.



Sinta menggeliat-geliat di bawah dengan dildo­-nya menancap dengan dalam pada vagina Anna, sambil menikmati ulah jari-jari Dicky pada vaginanya. Rintihan Sinta semakin kuat bercampur dengan jeritan Anna yang kuserang habis-habisan dengan gerakan sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Ia menjerit-jerit seperti waktu penis suaminya bersama penisku masih berada di vaginanya. Penisku kupegangi dan kutekan kanan kiri merambah, mengeksplorasi dinding vaginanya dan menarik tanganku hingga penisku masuk hingga pangkalnya. Jari-jariku mencari klitorisnya dan membelai-belainya sedemikian rupa hingga ia tak berhenti memiawik.



Sekujur tubuh Anna bersimbah peluh dan kuperhatikan ada tetesan air keluar dari matanya turun ke pipi. Rupanya saking nikmatnya multiorgasme yang ia rasakan, tanpa terasa air matanya menetes. Tentu saja air mata bahagia. Kukecup kelopak matanya menciumi air matanya dan bibirku turun ke bibirnya, melakukan kecupan yang liar dan panas.



“Ooooooooogggghhhhhhhh ….. Gussssss ……. Uuuhhh ……. Ssssshhhhh …. Sintaaaaa …… nikmatnyaaaaaahhhhhhh …… Aaaahhhhhh!!!” teriakannya terdengar begitu kuat sambil menekankan vaginanya kuat-kuat ke penisku.

Seperti biasanya kalau ia mencapai orgasme yang luar biasa, air seninya ikut muncrat bersamaan dengan cairan vaginanya. Semprotan cairannya membasahi penisku, sela-sela paha Sinta dan sprey di bawah kami. Mulutnya menolak mulutku dan menggigit pundakku hingga terasa giginya menghunjam agak perih di kulitku.



Dari bawah kulihat Sinta juga semakin kuat menekan dildo ke anal Anna. Sinta pun merintih, “Tanteeeee ….. aku …. juga dapeetttt nicchhhh ….. oooohhh, jari-jarimu lincah benar Oooommmm …..” pujiannya keluar memuji perbuatan Dicky terhadap dirinya. Dicky mencium bibir Sinta dan mengelus-elus payudaranya.



Terakhir, aku menghentakkan penisku sedalam-dalamnya dan sambil mengerang nikmat, muncratlah spermaku memasuki vagina Anna. Kutarik tubuh Anna berbaring di atas tubuhku yang berbaring terlentang, sedangkan Sinta memeluk Dicky yang menindih tubuhnya sambil terus berciuman dan memasukkan jari-jarinya sedalam-dalamnya ke dalam vagina Sinta yang pahanya sudah merapat satu sama lain dan menjepit jari-jari dan tangan Dicky dengan kuatnya.



Napas Anna, Sinta dan aku yang terengah-engah semakin mereda sambil mencari posisi yang enak untuk berbaring. Kuamati payudara kedua perempuan itu sudah merah di sana-sini, akibat ciuman dan gigitan Dicky, aku dan mereka berdua satu sama lain. Pundakku yang perih akibat gigitan Anna tadi, diciuminya dengan lembut seraya minta maaf, “Gus, maaf ya, jadi kejam gini sama kamu, abis nggak tau lagi sih mau ngapain. Yah udah, pundakmu jadi sasaran mulut dan gigiku.” Kuelus-elus rambutnya sambil berkata, “Tak apa, sayang. Ntar juga cepat sembuh koq, apalagi sudah kau obati dengan ludahmu.”



Setelah itu, kami berempat terbaring nyenyak setelah beberapa jam main tak henti-hentinya. Kami baru bangun ketika matahari sudah naik tinggi dan jarum jam dinding menunjuk pukul 11.00 WIB. Kami mandi berempat di kamar mandi. Bathtub yang biasanya hanya dimuati satu atau dua tubuh orang dewasa, kini menampung tubuh kami berempat yang sambil berciuman, menggosok, meraba dan meremas satu sama lain, tetapi karena tenaga kami sudah terkuras habis, kami tak main lagi pagi itu. Namun siangnya, usai makan, Sinta sempat memintaku untuk main lagi dengannya. Dicky dan Anna, sambil tertawa-tawa dan memberi komentar, hanya menonton keponakan mereka main denganku di karpet ruang keluarga mereka. Sinta seolah tak kenal lelah, tidak cukup hanya meminta vaginanya kukerjai, tetapi juga analnya, baik dengan posisi terlentang dengan kedua kakinya kupentang lebar maupun dengan posisi ia menungging dan kutusuk dari belakang. Jika kuhitung, ada sekitar tiga kali lagi ia orgasme, sementara aku hanya sekali, tetapi untungnya penisku tetap bisa diajak kompromi untuk terus main melayani permintaannya. Tepukan tangan Dicky dan Anna memuji kekuatan kami berdua mengakhiri persetubuhan kami berdua, lalu Anna membersihkan penisku yang dilelehi cairan vagina dan anal Sinta serta spermaku, sedangkan Dicky membaringkan tubuh Sinta di sofa panjang dan membersikan vaginanya dengan bibir dan lidahnya. Pelayanan kedua suami istri itu benar-benar luar biasa terhadap keponakannya, Sinta dan aku.

Adik Angkatanku

Whats Up BF Mania! Peace.gif Sebenarnya sy sudah malas inget2 lagi tentang masa lalu sy. Tp atas nama hikmah & demi BF Mania, sy berbesar hati untuk membaginya dengan semua.

Sy kuliah di salah satu PTN di Makassar. Sy termasuk mahasiswa angk.2000 yg pendiam & gak gaul. Tp semua berubah sejak sy masuk organisasi sekaligus panitia Ospek untuk maba angk.2002.

Wanita..yah wanita..disinilah awal petualangan sexku dengan wanita. Hubungan dengtan pacar 1ku (angk.2002) di kampus gak sukses, hanya 2 bulan hubungan kami bertahan (biasa..naluri lelaki,hehe..). Hilang 1 tumbuh 1000, beberapa wanita mencoba pdkt dengan sy baik dari angkatanku maupun angkatan yg lain. Lucunya sy pacaran lagi dengan angk.2002 yg ternyata teman segang pacar 1ku di kampus! but so far so good, gak ada masalah antara mereka berdua. Hubungan sy kali ini lebih berkesan daripada yg pertama, tp lagi2 karena keegoisan masing2 hubungan ini hanya bertahan 6 bulan.

Dalam kondisi sy sering labil seperti inilah sy selalu dapat motivasi dari adik angkatanku yg lain (lagi2 teman segang pacar 1 & 2ku di kampus). Sebutlah namanya Lina, dialah yg selalu dengan tulus jadi sandaran ketika sy lelah, jadi "t4 sampah" ketika sy curhat & banyak lagi pengobanannya untuk sy (anaknya berjilbab, item manis, cuby2 gitu deh & bodynya itu..wuih..!!). Kami sepakat untuk tetap jadi saudara apapun yg terjadi nantinya. Hingga akhirnya karena saling ketergantungan kami berdua gak dapat membohongi perasaan masing2. Kami sepakat pacaran walau resikonya sangat besar, terutama untuk dia (statusnya lagi tunangan sama pilihan ortunya, citra yg buruk di kampus sebagai wanit gampangan & kebetulan lagi "jalan" sama teman satu organisasiku).

1 Minggu hubungan kami berjalan, sebelum ke kampus sy biasa ajak dia kerumahku terlebih dahulu. Saat itu kami lagi nyantai nonton TV, tiduran sambil pelukan. Sy suruh dia buka jilbabnya agar gak kepanasan. Selang beberapa menit dia tertidur, sambil mukanya mengarah ke sy. Krn belum pengalaman, sy gak tau klo itu kode dari dia. Sepertinya dia mau dicium. Dengan deg2an sy coba cium dahinya dulu, keningnya, pipinya, hidungnya sampe akhirnya ke bibirnya"..cup..cup.."Setelah dua kali sy cium dia bereaksi membalas ciumanku. Sy gemetar, bingung, nafsu jadi satu. Tp te..te..p lan..jut! awalnya cuma ciuman biasa lama2 lidah kami mulai bermain. Sy isap lidahnya sruu..p..Muchh..Muach..dalam hati sy rasakan sensasi yg pertama kali sy rasakan krn cinta yg begitu membara sampai membuat kami berdua "terbakar". Dengan posisi miring & kepala setengah terangkat untuk cium dia, sy mulai lingkarkan tangan & mengelus2 perutnya. Entah kenapa sy makin nekat meraba & mencium lehernya untuk merangsang dia seperti yg sy liat di film bokep"..ouh..sshhh...yach..."dia mendesis menerima rangsangan dari kakaknya yg paling dia sayang.

Saat sy rasa dia cukup terangsang, sambil tetap cium dia sy mulai buka kancing kemejanya satu per satu. Sampai akhirnya tangan ini cukup meraih payudaranya yg...alamak...kenceng & kenyal banget bro! tanpa ba bi bu lagi langsung aja sy terkam payudaranya sedang yg satunya sy remas2. "Ach..oouuhh..."lagi2 dia mendesah sambil gemetaran. Sekitar 5 menit cium & remasan itu berlangsung, dia sempat tersadar untuk gak melanjutkan hal itu denga berbagai alasan, walau akhirnya eh..malah dia mancing2 sy lagi dengan mencium leher sy berkali-kali "..cup...cup...cup..." sy tergoda & kembali pagutan bibir itu terjadi dan kali ini dia sendiri yg membuka bajunya sendiri. Kayaknya dia gak perduli lagi krn kepercayaannya yg tinggi dengan sy. "Much...ssshh..Ach..Kak..." suara2 kami mulai gak karuan. Yg bikin tambah horny krn kami lakukan itu di ruang keluarga rumahku. Tangan sy kembali bergerilya di leher & payudaranya, malah sy kemudian sy susupkan ke dalam celananya,"muuh..he..eh...dia menggigil merasakan mem*knya digerayangi. Apalagi saat sy mempermainkan klitorisnya,"ha..ah...ah...ah..." dia berasa di awang2. Pakaian kami satu per satu juga sudah lepas semua. Di saat dia sudah gak tahan dia menarikku untuk menindihnya, sambil membuka pahanya mempersilahkan "jagoanku" masuk ke lubang kewanitaannya. Tp entah kenapa (Malaikat sedang lewat kali ye!) sy kok gak tega meneruskannya, sy turun dari badannya sambil kami berpakaian kembali. Lalu kami berdiri, berpelukan, berciuman kembali & bersiap-siap ke kampus.

Malamnya sy susah tidur teringat terus kejadian pagi tadi hingga ada niat untuk mengulang kembali. Besoknya sy ajak dia lagi ke rumah, kembali di t4 & dengan cara yg sama, tp kali ini dia mulai berani memegang "jagoanku" juga dari luar Jeansku, dia mulai buka resletingnya & langsung mengocoknya "..slep...slep...slep...ouch..Lin..trus de...", sembari trus mencium & tangan sy juga trus mempermainkan me**knya. Yah....saling peting gitu deh! Kami seperti berlomba untuk saling memuaskan. "Ke kamar yuk Kak" Lina mengingatkan, kami lalu pindah ke kamar & melanjutkan permainan tanganku di me**knya. "Humph..humph....nafasnya makin memburu, pinggulnya naik turun mencoba mengimbangi kocokan tanganku "ach..Kak...yach...yach...hu..uh..uh..." & pada akhirnya dia orgasme pertama kalinya. Sy lalu naik menindih badannya dan mulai menggenjotnya perlahan. Walau sudah gak perawan (dia pernah ML sama tunangannya), tp tetap saja rasanya sempit & seret banget waktu "jagoanku" sy masukin. Dasar sudah nafsu dia gak perduli walau sy tahu dia merasa sakit sedikit. Dia sendiri yg memaksakan agar "jagoanku" bisa masuk sedalam2nya. "Ugh..ugh...ho..oh..."dia trus mencoba sampai akhirnya "bless...sshhh...ha..ah...goyang donk kak!" aduh..Lin...ough...genjotanku makin kencang, begitupun goyangan pinggulnya. Walau posisinya di bawah tp dia gak mau pasif aja. Gak lama kemudian sy keluar (tp gak kasi keluar di dalam). Dia agak kecewa "kok cepet banget kak?" ujar Lina. Jujur, sy kurang rileks ML sama dia krn kepikiran banyak hal. Kata para pakar seks saat sedang ML harus dinikmati betul, jangan sampai ada beban pikiran & itulah yg menyebabkan sy cepat keluar. Tp untuk hari2 selanjutnya sy sudah mulai rileks & waktunyapun lebih lama saat ML.

Pernah waktu selesai ML, dia membersihkan badannya di kamar mandi. Sy pikir boleh juga nih lanjut di kamar mandi. Sy ketuk pintunya "Lin, buka donk mandi sama2 yu..k". "Gak mau" jawab Lina, "ayolah KK mau masuk nih!". Gak lama kemudian dia buka juga pintunya. Sy kembali buka baju & ikut menyabuni badannya. Sy lalu ke belakangnya sambil meremas payudaranya, "oh..yes..nikmat banget toketnya, diapun menikmati rangsanganku. Dia juga gak sadar lagi dengan perlakuanku, dia berbalik melingkarkan kedua tangannya ke atas punggunggku sambil mendorongku rapat ke dinding. Kembali kami berpagutan liar. Toketnya itu lho! seolah tangan ini gak pernah melewatkan 1 detik saja tanpa meremasnya. Kenceng, Kenyal, bulat bais, pokoke perfect deh bro!! Sedang tangan yg satu trus aja mengucek2 me**knya. "Muach..humpf...humpf...ouch...aow..Kak..trus Kak...hu..uh..uh...yach...!" gak tahan dengan suaranya, sekarang gantian dia yg sy balik badannya merapat ke dinding. Sy angkat satu kakinya untuk menopang di sisi dinding kamar mandi yg satu & satu tangannya juga menopang di sisi dinding yg lain. Sy coba tancapkan kon**ku kembali & kali ini mulus banget ya masuknya! Lancar abis & anget kali pas kon**ku sudah di dalam tem**knya. Serasa gak mau dilepasin selamanya krn terasa ada yg mijit dari dalam. Jadi sambil berdiri kami ML, sy maju mundur dia naik turun "..ough...hu..uh.." surga dunia bro! "eh..he..eh..yach..yach..ouh Lin". "Kak..uh..enak sekali kak..hu..uh..yes...jangan berhenti dulu ya". Sekitar 15 menit kami sama2 diujung kenikmatan. "Ach...sy mau keluar kak", "iya kita sama2 ya kak! Yach...yach...yaa........ch!! dengan erangan panjang kami sama2 oprgasme untuk yg kesekian kalinya.

selam 2 Minggu berturut2 tiada hari tanpa ML & semuanya dilakukan di rumahku saat ortuku lagi ke kantor dari Pagi ampe Siang. Bahkan tangan ini gak pernah lepas dari payudaranya saat makan siang bareng, nonton TV bareng, becanda bareng, nikmat banget deh toketnya itu!!

Tp harapan untuk bisa terus pacaran dan menikmati toketnya tinggal kenangan. Resiko yg sedari awal sy katakan tadi mulai menuntut pertanggung jawaban. Mulai dari tunangannya, ortunya, pacarnya (teman organisasiku) & lingkungan seolah gak merestui & menghalangi hubungan kami. Sy sich siap bertanggung jawab & berani menghadapi itu semua, tp kayaknya dia yg gak siap kehilangan banyak hal klo kami teruskan hubungan ini. Dengan segala pertimbangan hubungan kami berakhir dengan gak baik. Kami saling menyalahkan & dan membenci. Kami juga mulai merasakan hukum karma atas perbuatan "kotor" kami. Kuliah mulai ancur2an walau tetap kelar, keluarga jadi ribut trus, pertunangannya batal, dll. Dunia seperti menghukum perjalanan hidup kami masing2. Sampai tiba saatnya kami menyadari kesalahan kami & mulai saling memaafkan serta bisa menerima keadaan dengan ikhlas.

Sekarang hubungan kami jauh lebih baik dari sebelumnya, sy & dia emang lebih cocok jadi saudara. Kami jadi lebih kuat & lebih bisa berpikir positif dalam jalani hidup ke depan. Yg jelas pengalaman sex kami tak akan pernah terlupakan walau sudah beranak cucu nanti. Krn kami lakukan semuanya dengan cinta yg terselip diantara gundukan nafsu. Itu yg membuat semuanya jadi berkesan samapi kapanpun. Itu saja.......

Ayah Tiri

Aku Selingkuh Dgn Ayah Tiri

Sebelumnya aku ingin memperkenalkan diriku, namaku Liana. Mamaku seorang suster kepala di sebuah rumah sakit ternama, Mamaku ditinggal oleh papaku sejak aku kecil. Papa asliku adalah seorang tentara yang tewas dalam tugas.

Sejak ditinggalkan oleh papa, mama sering berganti ganti pasangan, karena dari dirinya merindukan belain kasih sayang dari seorang pria. Tidak jarang aku mendapati mama sedang bercinta di sofa di ruang tamu dengan pria yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Hal itu pulalah yang membuatku dewasa belum pada saatnya. Aku kehilangan keperawananku pada umur 13 karena aku jatuh cinta dengan pemuda berumur 19 yang bekerja di Mc Donald di dekat rumahku. Biarpun aku sudah rusak tetapi hubunganku dengan mama sangat baik. Dia yang mengajarkan aku bagaimana aku harus manjaga tubuhku, bagaimana caranya memuaskan pria dan sampai bagaimana untuk mengindari kehamilan. Aku sangat mencintai mamaku. Dia adalah idolaku. Aku tahu bahwa semua yang dia lakukan demi aku, dan aku selalu berdoa agar mama mendapatkan cintanya yang abadi.

Suatu hari mama mengajakku untuk makan malam. Dia bilang kalau dia mendapat kunjungan. Aku pun senang, karena berharap kunjungan itu dari seorang pria. Dan tebakanku pun benar. Frans seorang dokter muda yang cakap, tinggi tegap, berambut coklat tua dan tidak botak. Dia terhitung tampan dibanding dokter-dokter yang kukenal. Dia sangat ramah dan baik hati. Aku sangat menyukai Frans, demikian pula mamaku. Setengah tahun kemudian mereka pun menikah, dan aku masih ingat aliran air mata kebahagiaan mama. Di saat itu aku merasa bahwa doaku terkabulkan.

Hidup kami berubah dengan kehadiran seorang pria di keluarga kami. Aku tidak perlu lagi mengganti lampu yang rusak, atau memperbaiki saluran air yang mampet. Bahkan tingkat ekonomi kami pun meningkat drastis. Kini kami tinggal di rumah Frans yang cukup besar dan mewah untuk kami. Bahkan di ulang tahunku yang ke 18 dia membelikan sebuah mobil baru yang sebelumnya hanya ada di mimpi-mimpiku. Tidak hanya itu, tapi bertambah seringnya erangan nikmat yang setiap malam kudengar. Wajah mama sangat berseri-seri setiap pagi begitu juga Frans. Sampai terjadinya suatu peristiwa.

Aku masih ingat sekali peristiwa malam hari itu, Jumat tanggal 25 agustus 2000. Mama sedang pergi bersama teman-temannya selama akhir minggu. Frans hari itu mendapat undangan pesta bujang seorang temannya yang hendak menikah keesokan harinya. Aku sebagai remaja menikmati akhir minggu di diskotik hingga larut malam. Sepulang dari disko aku merasa lelah dan mabuk. Setiba di rumah aku langsung berendam air hangat di bath up, sambil menikmati musik di tengah remang-remang nyala lilin.

Tiba-tiba pintu kamar mandi dibuka dengan cepat dan masuk Frans. Dia langsung menuju ke keran air dan membasahi kepalanya. Dia tidak sadar bahwa ada seorang gadis telanjang yang tergeletak di sebelahnya. Setelah dia agak tenang dia menegakkan kepalanya, dan dia menoleh ke arahku. Aku melihat adanya rasa kaget di matanya disamping rasa kagum. Dia hanya terdiam memaku memandangku. Ketika dia mencoba melangkah keluar aku pun memanggilnya.

Frans hanya diam sambil memunggungiku, kemudian dia pun kembali melangkah ke arahku dan duduk di tepi bath up. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba dia sudah bersamaku di bath up. Kami saling mengusap, saling membelai, saling mencium dan saling menggoda. Aku sadar bahwa alkohol mampunyai peranan penting di sini, tapi aku merasakan sensasi yang belum pernah aku alami. Getaran dan perasaan melayang yang belum pernah aku alami bersama puluhan pria lainnya. Frans dengan lembut menciumi tengkukku sambil dia mengangkat rambutku yang basah. Aku sangat menikmati jilatan lidahnya sambil mendesah nikmat.

Frans berbisik, "Nana, kau sangat cantik. Tubuhmu mengagumkan hmm,.."
Aku hanya diam mendesah. Tanganku yang sudah terampil sudah mencari mangsa. Langsung kubelai penisnya yang sudah tegang. Aku pun berbalik menghadapnya dan langsung mulai menjilati dadanya yang bidang, lalu turun ke perut dan langsung ke tujuan utama. Aku jilat pelan-pelan, aku hisap ujungnya, bijinya dan kemudian aku memasukkan semua batang kejantanan ayah tiriku ke mulutku. Mungkin ini yang disebut kenikmatan oleh pria, karena didikan mamaku aku mengerti apa yang selalu diinginkan oleh seorang pria. Lidahku menari-nari menjilati penisnya. Saat itu aku hanya mendengar gerangan nikmat dari mulut Frans, sembari kubelai-belai pangkal pahanya. Tiba-tiba dia mencengkeram tanganku dan langsung mengangkatku ke atas dadanya. Bibirnya mencari bibirku, hingga akhirnya bibir kami bertautan, saling panggut dan saling gigit. Tangannya beraksi di vaginaku, mencari titik lemah wanita, dan ohh,.. inilah yang dinamakan profesional.

Dia sebagai dokter mengenal setiap titik kelemahan seorang wanita. Dia meletakkan tubuhku di bagian pinggir bath up dan mengangkat kedua pahaku ke arah bahunya. Dia mencari vaginaku dengan mulutnya dan lidahnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku hanya merasakan ringan, melayang dan betapa tubuhku bergetar hebat. Merasakan bahwa tubuhku bergetar tidak ada hentinya, Frans pun berdiri, keluar dari bath up mengambil handuk dan mengangkat tubuhku serta melilit tubuhku dengan handuk. Setelah dia pun mengeringkan tubuhnya seadanya, dia mengangkat tubuhku menuju ke kamar tidurnya. Di ranjang di mana dia biasa bercinta dengan mamaku tubuhku diletakkan, dan handuk itu mulai dibuka pelan-pelan. Dasar Frans yang penuh selera humor, dia masih sempat bercanda,
" Wuah seperti membuka kado natal saja rasanya!" Aku pun sempat tertawa sebelum mulutku disumbat oleh mulutnya.

Dia meneruskan apa yang sudah dia mulai. Dia mulai menjilati buah dadaku. Setiap bagian tubuh yang sensitif dia jilati. Hingga dia sampai ke ujung kaki, dia menjilati setiap jari kakiku, telapak kakinya dan lalu membuka lebar selangkanganku. Dia maju ke depan pelan-pelan, agak merebahkan dirinya di dadaku, sambil mendengarkan napasku yang terengah-engah. Tangannya membelai rambutku yang masih basah. Tiba-tiba sesuatu yang keras menusuk bagian vaginaku, hanya ujungnya saja, dia melakukan dengan sangat lembut. Sambil menjilati dan menggigiti putingku dia berhasil memasukan seluruh penisnya ke vaginaku. Beberapa saat kemudian dia agak berdiri dan mengangkat kedua kakiku ke arah wajahnya sambil terus memompa. Aku merasakan hanya kenikmatan, mungkin dari segi ukuran penis dia tidak terlalu besar. Tapi bagiku ukuran tidak jadi soal, yang penting bagaimana cara dia untuk mempergunakannya. Frans sangat jago bercinta. Pada saat itu tidak banyak gaya yang kita coba. Karena kenikmatan yang kita peroleh lebih penting daripada eksperimen. Aku coba menikmati setiap detik yang kita lalu bersama.

Ada perasaan menyesal ketika semua itu berakhir, perasaan menyesal telah mengkhianati mama dan perasaan menyesal bahwa semua itu telah selesai. Ingin rasanya kami mulai dari awal lagi, menikmati setiap detik dan setiap sentuhan. Frans hanya diam memelukku, membiarkan kepalaku di dadanya dan sembari mengecup-ngecup keningku dengan lembut.

Oh mama, malu rasanya ketika aku bertemu mama. Mama yang selalu sayang kepadaku, yang selalu perhatian akan diriku. Tapi di sisi lain aku merasa sangat cemburu bila melihat mama bermesra mesraan dengan Frans, perasaan benci melihat mama yang memeluk Frans. Aku selalu menangis apabila aku mendengar desahan mama di saat mereka bercinta di malam hari, aku selalu membuang muka apabila Frans pulang dari kerja dan membawakan mama setangkai rose.

Setelah kejadian malam itu, aku dan Franks selalu berusaha untuk mencari kesempatan untuk berduaan. Mama sering bertugas jaga malam, dan itu kesempatan kami untuk terus mengulanginya. Sering kami melakukannya di mobil, di gudang ataupun di teras belakang rumah. Sudah hampir 1,5 tahun kami saling sembunyi, tapi baru awal tahun 2002 yang lalu aku berani mengatakan cinta kepada Frans. Dia hanya merengek dan menangis. Dia tidak bisa melepaskan mama karena mama bagi Frans adalah sosok istri yang ideal. Sedangkan diriku membuat Frans merasa muda, bergairah dan bersemangat hidup kembali. Kami berdua tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Haruskah kami bersandiwara seumur hidup? Atau haruskah kami merusak segala mimpi mama?
Di saat ini aku kembali bertanya, benarkah Tuhan sudah menjawab doaku?

TAMAT

Perawan Kampung

###PERAWAN KAMPUNG ###

Cerita berawal pada saat kami baru pindah mengisi rumah baru di kawasan Bogor Selatan, Pada saat itu kami baru mengisi rumah +/- 1 bulan istriku mengeluh kesepian karena rumah sekitar kami masih banyak yang kosong dan harus mengurus 2 anak lelaki kami yang memang sedang bandel-bandelnya. Maka kamipun sepakat untuk mencari saudara/pembantu untuk menemani istriku di rumah serta membantu menjaga ke 2 anak kami dan akhirnya istri sayapun berangkat ke kampung halamannya di Ciamis untuk mencari saudara/pembantu di kampungnya yang bisa menemani dia.

Singkat cerita akhirnya dapatlah saudara jauh dari istri saya yang bisa di ajak ke rumah baru kami tersebut, memang sich saudara jauhnya tersebut cukup manis dan sangat lugu sekali maklum orang dusun dan baru pertama kali keluar dari kampungnya sendiri dan langsung di bawa ke tempat yang cukup jauh dari lingkungan rumah nya tapi kalau masalah pekerjaan memang sudah cukup lihai dari yang namanya mencuci pakaian,piring,masak,ngepel dan lainnya sudah boleh di sebut rapih dech…,-

Pada awal-awalnya sich saya tidak ada perasaan apa-apa sama si ening ini (sebut saja seperti itu namanya lah…), tapi setelah waktu berjalan +/- 2 bulan Si Ening ini bergabung di rumah kami barulah terlihat kalau anak ini sedang lagi seger-segernya dan baru mao gede maklum umurnya waktu itu masih 16 tahunan dan kalau saya perhatikan setiap gajih yang di kasih ke dia selalu di belikan segala macam keperluan pribadi (kosmetik dll) dan karena dia suka bersolek diri maka setelah 2 bulan itu dia sudah mulai kelihatan lebih dewasa dan lebih bersih di banding waktu pertama kali dating dari kampungnya di Ciamis.

Suatu hari (kalau tidak salah waktu itu hari Sabtu) Saya pulang kerja setengah hari, jadi waktu sampai di rumah itu kurang lebih sekitar Jam 3.00 sore dan pada saat saya masuk ke dalam ternyata tidak ada suara yang menjawab maka sayapun mencoba cari orang rumah dan ternyata yang ada hanya hanya Ening saja yang sedang tidur di kamarnya yang tidak terkunci dan pada saat itulah baru pertama kalinya saya melihat dia dalam keadaan sedang tidur dengan hanya mempergunakan daster pemberian dari istri saya dan pada saat itu dasternyapun tersingkap sampai di atas pinggang wow…wow… suatu pemandangan yang cukup segeee…rrr untuk di nikmati maka pada saat itulah timbullah fiktor (fikiran kotor) saya untuk mencoba meraba bagian yang tersingkap tersebut dan secara perlahan saya dekati dia yang masih tertidur lelap di atas kasur gulung /palembang yang kami sediakan untuknya lalu tanpa ada kesulitan apapun saya sudah mulai mengusap/mengelus bagian kaki terus naik kebagian pahanya yang hitam manis itu dengan perlahan dan lembut, sampai saking asyiknya saya mengelus-elus bagian itu secara ga sadar torpedo/junior saya di balik celana mulai mengencang dan karena karena ini juga akal sehat saya sudah mulai hilang karena rabaan-rabaan tangan ini sudah mulai menjalar ke bagian toketnya yang baru mulai merekah emang….. sich saya cuma meraba dari luarny saya tapikan para pembaca bias membayangkan betapa indahnya bagioan dalamnya kalau di buka, Tapi rabaa-rabaan itu saya stop karena si ening menggeliat di tidurnya yang mebuat say kaget dan langsung lari meninggalkan kamarnya dan tidak lama saya keluar dari kamarnya ening, istri,anak dan mertua saya datang habis makan Bakso bang kumis yang ada di seberang komplek kami.

Setelah kejadian hari itu saya selalu mencabo mencari kesempatan dalam kesempitan untuk menikmati yang indah-indah dari si ening tersebut bahkan pada suatu hari waktu saya mendapatkan uang sampingan dari salah satu kolega kerja, saya coba membelikan dia baju tidur terusan ,cawet dan bh yang semua warnanya phing yang di bungkus Koran (supaya istri ga curiga gicu..loh ..maksudnya) dan di dalamnya saya kasih sedikit tulis yang bunyinya : “di pake..ya ..Ning supaya kamu makin betah disini dan jangan sampe ketahuan si ibu”, Rupanya pemberian saya itu tidak di tolak sama dia dan langsung ngucapin terima kasih..ya Pak. Dan rupanya pancingan saya itu berhasil, kenapa saya bilang berhasil..???, karena si Ening ini rupanya agak sedikit kasih angin ke saya dimana ada kesempatan selalu berlagak genit & manja (perlu di ingat coy…mana ada kucing yang di kasih ikan nolak…ya..ga..ya…???) dan kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk selalu curi-curi kesempatan, bahwa pernah suatu kali saya bercandain dia di dapur dengan omongan : ning..kamu tambah manis ajach..dech…,kamu dah punya pacar pa belom…???, Tanya saya ke dia sambil colek Bokongnya yang masih padet(yang jelas saya nyoleknya ga di depan istri & anak..dong..he…he..he) dan diapun menjawab tanpa beban dan manja : belum sich..Pa, tapi kayaknya sich mo dapet nich…abis dah ngasih ening baju segala…sich. Nah….sejak kejadian di dapur itu sayapun semakin berani ajac.

Akhirnya kesempatan yang saya tunggu-tunggu datang juga, waktu itu anak-anak saya sudah mulai masuk liburan sekolah dan mereka minta di antar ke rumah neneknya di di Bandung dan kamipun (saya,istri & anak)berangkat ke Bandung untuk liburan sekolah dan karena saya harus tetap bekerja maka saya hanya nginap satu malam saja di bandung untuk kemudian kembali ke rumah pada hari Minggu sorenya. Perjalanan Bandung –Bogor terasa sangat lama sekali karena memang jalur puncak macet juga banyak bus-bus pariwisata yang melintas di jalur itu untuk mengantar-jemput orang-orang yang sedang berlibur/liburan sekolah. Walaupun agak kesel dan capek akhirnya sampai juga ke rumah pada malam hari (+/- jam 07.00 malam) dan sesampainya di depan rumah saya bunyikan klaskon mobil supaya si ening membukakan pintu pager dan tidak lama kemudia dia keluar dengan memakai daster yang saya belikan dan di mata saya malam itu si ening nampak lebih seger dan ternyata pada saat mobil sudah saya parkir di damal teras rumah saya mencium wangi shampoo sunsilk urang aring (wow…wangi bwanget para pembaca membuat hati ini tambah dug..dug..ser..).

Singkat cerita sayapun sudah selesai membersihkan badan dan menuju kemeja makan untuk menyantap makan malam yang telah di siapkan sama si ening,sayapun menyantapnya dengan penuh semangat maklum lapeeer..bwanget pembaca. Selesai makan saya istirahat di ruang keluarga untuk nonton acara tv, sedang asyik-asyiknya saya nonton datanglah OMES (Otak Mesum) saya untuk memancing si ening dan sayapun autr strategi untuk minta tolong di pijat sama si ening, maka saya panggillah dia : Ning..tolong kesini, Ya..pak Jawabnya, Tolong pijitin pundak saya dong…kamu bisa kan..??? Tanya saya sambil pura-pura cuex, diapun bilang ya..pak bisa, dipijitnya mau pakai minyak apa..??tanyanya, kalau bisa sich pakai minyak kayuputih campur minyak goring ajach jawab saya dengan santai, maka diapun berjalan ke kotak obat untuk ambil minyak kayuputih terus ngeluyur ke dapur untuk ambil minyak goring, setelah itu dia mendekati saya dan bertanya : Mau di pijit di mana pa…???, disi saja (Diruang keluarga) jawab saya, tapi tolong di periksa dulu pintunya sudah di tutup apa belum kata saya ke dia dan diapun memeriksanya, sudah pak. Maka sayapun sudah tengkurap di depan tv seperti orang yang sudah siap untuk di pijat.

Si Eningpun sudah siap memijat di belakang saya, pada saat dia mulai membalur minyak-minyak tersebut di badan sudah mulai terasa darah ini naik tapi masih tetap saya tahan dan ternyata tangan si hitam manis ini memang bisa di andalkan untuk memijat tapi di samping itu saya coba curi-curi pandang kewajahnya yang manis itu dan wangi shampoo itu masih saja tercium di hidung saya sampai-sampai si Otong saya sudah mulai naik menegang tapi untuk memecah keheningan saya coba ngobrol sama dia ngalor-ngidul sampai akhirnya tertuju kepada dia yang masih belum punya pacar. Disinilah saya coba untuk agak berani memegang tangannya yang mungil itu dan diapun tidak menolaknya, dia hanya bilang : Jangan ….pak nanti ada yang lihat, tapi saya tidak peduli dengan omongannya dan bahkan membuat saya semakin bersemangat, Ga ..apa-apa kok Ning..,disinikan Cuma kamu sama saya aja kan si teteh lagi di Bandung, birahi setan saya ruapnya sudah tidak bisa terkendali lagi, maka sayapun langsung mencium jari-jarinya terus berlanjut ke tangannya terus ke atas dan akhirnya saya cium bibirnya diapun diam saja tanpa ada penolakan seperti waktu tadi pertama saya pegang tanganya, Maklum Orang belum pernah di cium sama cowok bibirnya agak gemetaran dan masih kaku. Sayapun coba membimbingnya dengan sabar sampai akhirnya dia mulai bisa mengimbangi serangan bibirnya, saya masukan lidah ke dalam mulutnya dan saya permainkan sampai diapun mulai benar-benar pasrah bahkan dia mencoba membalas serangan bibir saya yang memiliki kumis tipis yang membuat semua mantan cewek-cewek saya dulu pasrah kalau sudah kena ciuman maut saya ini. Tidak hanya di situ saja, setelah dia pasrah maka sayapun sudah mulai berani lagi bergerelya di ke dua bukit kembarnya yang masih sangat ranum dari luar dengan lemah lembut saya usap-usap berulang kali sampai terasa sama saya kalau pentil susunya sudah mulai menonjol karena birahinya yang naik dan krena dia makin pasrah sayapun serang dia lagi kebagian lehernya saya cium dengan nafsunya sampai diapun mulai tersengal-sengal nafasnya menahan gejolak jiwa, tidak hanya di situ sayapun sudah memasukan tangan saya ke balik BH-nya yang berukuran 34 dan diapun membiarkannya, sayapun mulai gerelya lagi tangan ini mengangkat daster yang di pakainya sampai hanya tersisa BH & CD yang berwarna Phing (Pembaca warna ini adalah warna Favourite saya dan selalu membuat saya bernafsu kalau cewek pakai pakaian dalam dengan warna ini), tanpa buang-buang waktu lagi saya pun langsung memainkan itilnya dari luar CD-nya yang sudah mulai basah, saya putar-putar terus berulang kali, sampai-sampai keluarlah omongan dari mulut si ening : Pa..ampun..pak ening ga tahan geli banget oh….oh…oh…ampun ..pak oh..oh..oh, saya bukannya kasihan tapi malah makin nafsu ajach..nich, saya turunkan cdnya sampai terlihatlah KUEH PEPE perawan yang sudah basah oleh cairan kenikmatan dan tanpa ampun lagi sayapun mengobel-ngobel mem*knya dengan penuh perasaan dan kelembutan sampai akhirnya si ening kepalanya bergerak ga beraturan kekirikekanan sampai meracau ah..pa.aah pa ening kok mau pipis …nich..ah…,jari ini malah semaking memainkannya sambil bilang tenang ning..kamu pipisin ajach biar enak….., dan ga lama kemudian diapun mengeluarkan cairan keninkmatan seerrr….seerrrr …seerrr dengan derasnya membasahi jari-jari ini sambil menggapit keduabelah pahanya sampai-sampai tangan saya tidak bisa di tarik berada di antara kedua belah pahanya yang hitam manis.

Si ening terpejam setelah merasakan kenikmatan yang tidak ada duanya keluar dari vagina keperawanannya, sayapun tidak tinggal diam saja melihat kepasrahannya, maka dengan cekatannya sayapun melumat kembali bibirnya sambil mengusap-usap dua bukit kembarnya yang sudah tanpa BH lagi, tidak lama saya menikamti bibirnya lalu turunke leher dan terus saya sapu dengan lidah menuju ke bukit kembarnya, diapun sudah pasrah..rah..rah tanpa daya ketika bibir ini mulai melumat pentil susunya yang masih ranum dan mulai mengeras karena terangsang oleh permainan bibir yang berkumis tipis ini, dia hanya meracau..pak.. jangan…pak.. saya ..takut ada nyang lihat…ah..oh..ah..oh, tenang aja ning teteh ga ada koq…aduh…ning nikmat bwanget susu kamu…segeeerrr. Sayapun dengan nafsunya melumat susu si ening,saya permainkan lidah ini di atas pentilnya beberapa kali dan sedikit saya gigit kecil diapun menjerit manja… oh…ah..ampun pak…ening ga tahan mo..pipis lagi….aaahhh sayapun semakin ganas memainkan lidah ini mengemut bak anak yang lagi memem sama ibunya dan eningpun semakin tidak karuan gerakannya dan akhirnya diapun sampai untuk yang keduakalinya sambil ngomong aah…ahh..ening mo..pipiiiiis achk…achkk… enak…..akhirnya eningpun sampai untuk yang kedua kalinya.

Puas juga rasanya sudah bikin perawan kampung ngerasain kenikmatan yang luar biasa, maka sayapun tanpa piker panjang lagi saya buka CD yang dari tadi sudah keras torpedo di dalamnya dan menyodorkannya ke mulut dia yang lagi digigit sambil ngerasain sisa-sisa kenikmatan, emang sich dia agak kaget sambil bilang : iiii…ini apaan pak kok di deketin ke mulut ening…????, Tenang ..Ning, coba kamu jilatin ajach nanti juga kamu bisa ngerasain enaknya… rayu saya ke dia, Ah..engga ..ah .. ening takut..pak., akhirnya saya paksakan untuk di kulum kemulutnya sambil saya bilang : kamu harus coba dulu..anggap ajach kamu makan Ice Cream, caranya kamu jilatin dulu ujungnya trus kamu sedot-sedot terus kamu kulum pake lidah … dan diapun mau juga mencobanya walaupun agak jiji juga ragu. Awalnya memang agak kasar dia memainkannya, tapi saya coba sambil mengusap-usap rambutnya yang hitam terus turun ke lehernya untuk merangsang dia dan ternyata berhasil diapun mulai bisa memainkannya, Ening…terus di isap..terus enaaak…ning, mainin lidahnya…ning..trus keluar masukin…dari mulut kamu..ning, Wow….enaakkk… bwanget..kamu mulai pinter ..nich…puji saya ke dia, saya sudah mulai terangsang dengan permainannya, saya dorong dia ke ujung sofa dan saya coba mencari selangkangannya, setelah saya dapatkan maka saya mencari KUEH PEPE perawan yang ada di antara kedua selangkangannya lalu saya jilatin dengan nafsunya. Dia agak kaget juga waktu saya mulai menjilati mem*knya yang sudah basah dari tadi dan sempat nolak sambil bilang : Pak…jangan..pak..ening malu…tadikan abis kencing…nanti bau lho…katanya sambil meracau oh…ah…oh....ah….pak jangan sambil menutupi mem*knya dengan kedua pahanya yang hitam manis dan dengan sedikit paksaan saya buka pahanya lalu menyerangnya lagi dengan jilatan-jilatan kenikmatan oh…oh.. akh…katanya, saya masukan lidah ini ke dalam mem*knya dan tampak jelas bagian itil yang memerah serta tercium bau khas mem*k perawan kampung yang membuat siapaun menciumnya pengen ngerasain juga dan setelah saya terus memainkannya diapun akhirnya pasrah dan tidak ada lagi penolakan bahkan dia makin pintar lagi memainkan torpedo saya di dalam mulutnya. Permainan 69 sembilan itu berjalan +/- sekitar 15 menit sampai akhirnya kedua pahanya menjepit kepala saya sebagai tanda kalau dia mau keluar lagi dan saya bilang kedia..ening…oh…. tolong jangan di keluarin dulu…honey…please….dech… tapi rupanya dia sudah ga tahan lagi maka keluarlah cairan kenikmatan itu lagi..dan…. ach….ening…. pipis lagi…..pak nich….bapak nakal sih, terlihat dwajahnya yang memerah karena menikmatinya dan karena dia sudah keluar untuk ke 3 kalinya sedangkan saya belum keluar,maka saya paksa di untuk mengulum torpedo ini dengan segala kemampuannya dan setelah berjalan +/- 5 menit di mainkan oleh bibir mungilnya itu akhirnya sayapun hampir sampia keluar dan sengaja saya tidak bilang ke ening kalau saya mau keluar, saya Cuma bilang..oh…oh…enaaak….ning…kamu sudah pinter..oh ..ah enak bwanget dan akhirnya creeett….creettt…crettt…muncrat juga peju itu dari torpedo yang ada dalam mulutnya dan pada saat keluar itu saya tahan kepalanya ening supaya tetap mengulum torpedo saya itu dan alhasil diapun menelann semua peju yang keluar bahkan sampai keluar luber dari mulutnya, dia hanya diam dan menatap saya dengan sendu sambil bilang…eeeh...bapak jahat…sama ening….kok ga di bilangin ..kalo mo pipis..ening jadi minum air pipis bapak…nich dan dasar perawan kampung dengan polosnya di tanya ke saya : Pak…kok air pipisnya kentel..yach..trus agak asin..lagi…, ening takut pak…. (dasar perawan kampung pake tanya segala lagi..gerutu saya dalam hati, setelah saya keluar saya minta ening untuk membersihkannya dan dia saya ajak ke kamar mandi untuk sama-sama membersihkannya di kamar mandi yang ada di kamar saya dan diapun saya gandeng ke kamar dengan sama-sama kami telanjang bulat (Bugil..gitu ..loh…).

Setelah kami saling membersihkan badan di kamar mandi dalam kamar saya, saya gandeng dia untuk sama-sama berdiri di depan kaca lemari pakai kami yang cukup tinggi agar dia bisa lihat kita sedang berbugil ria dan sambil saya dekap dia dengan mesranya dengan di iringi rabaan-rabaan sex tangan saya ke bukit kembarnya yang masih segeeer juga ranum sedangkan tangan saya yang satunya coba mengobel mem*knya dengan lembut (Pembaca…hal ini sengaja saya lakukan agar dia bisa saya ajak lebih lanjut lagi gicu…lho…). Ternyata siasat saya membuahkan hasil yang okey dari ening, dia menggelinjat keenakan pentil susunya di usap-usap dan lehernya saya kecup-kecup kecil sambil sesekali saya jilat dengan lidah siasat itu terus saya jalanin sambil kecupan saya ke sekujur tubuhnya sampai saya berada tepat di bukit kembarnya dan saya ledek dia bak anak kecil yang pengen nenen ke ibunya Say…aku mo..memem..dong aku haus… neh…,tanpa ragu saya serang bukit kembarnya dan diapun diam saja sambil meracau..ah…oh...ah… enaaaak…pak..gelii….kena kumis bapak.., Ening…ga kuat berdiri… nech ,dengan perlahan tapi pasti saya ajak dia untuk di celentangin di atas springbad dan tanpa susah payah diapun sudah pasrah celentang tanpa sehelai benagpun di atasnya. Saya mulai dengan menciumi mem*knya yang masih perawan itu sambil di jilati dengan lidah yang pengalaman ini, baru juga berselang 5 menit saya mainkan lidah ini si ening sudah mulai basah dan mengeruh ach…ach…oh…ya..ya..terusin pak..enak bwanget jilatannya, tidak hanya di situ saja menjilatinya lidah ini terus nyelusuri ke bagian duburnya dan di antara keduanya itulah saya pacu menjilatinya lagi oh…enak..pak..ach..ach….ee…bapak joroqqq..kok dubur ening di jilatin juga…ah..ach tapi enaaaaakkkk…akh terusin…oh…oh…oh…karena melihat gelagat seperti itu tangan sayapun mulai gerelya ke bagian bukit kembarnya untuk di usap-usap dan tanpa di duga-duga dia menarik paksa torpedo saya untuk di kulum lagi dengan buasnya…(he…he…he rupanya dia sudah bener-bener horney..pembaca) dan sekarang di sudah tidak ragu & malu lagi untuk mengulumnya.

Serangan itu terus berlangsung +/- 20 menitan sampai akhirnya di terkulai lemas sambil bilang : aaah…ahh..ah.. oh..oh.. eing mo pipis lagi niiich…oh pak awas nanti kena pipis ening…ah…dan keluarlah semua yang ada di dalamnya, saya benar-benar sudah konak banget ngeliat dia seperti itu dan tanpa tunggu-tunggu lagi dan buang-buang waktu lagi saya pun langsung memantapkan posisi torpedo pas di depan KUEH PEPE perawan kampung itu, dengan lemah lembut saya bimbing torpedo itu memasuki lubang kenikmatan itu sambil bibir ini terus menciumi dan mengisap kedua bukit kembarnya si ening dan karena sudah terbuai kenikmatan diapun tidak ada perlawanan yang berarti sampai pada saat akan memasukan torpedo ini dia meracau Pak…jangan…pak…jangan …nanti….. achk…achk….achk…aduuh…. sakiiiit, tenang ajach sayang…sakitnya Cuma sebentar kok..nanti pasti..enaaakkk…step by step torpedo ini memasukinya dan dengan berirama saya ayun maju… mundur…maju…mundur berulang kali sampai akhirnya ening tidak bersuara lagi bahkan dia sudah mulai menikmati irama birahi kami, oh…mem*k kamu masih perawan saying...oh… enak ..banget ..sempit...bwbwangeett….ening.. oh.. oh..enak, ening mulai mengimbangi permainan saya, torpedo ini masukin pelan-pelan…saya tarik pelan-pelan terus itu keluar masuk beberapa kali saya kerjain suara ening..oh..pak enank..pak terus..pak di genjotin oh..oh..oh..akh…akh tanpa sadar dia sudah mulai menggoyang pantatnya kekiri kekanan, saya makin semangat melihat goyangan perawan kampung ini apalagi melihat susunya yang turun naik terdorong gerakan badanya yang erotis, medadak saya cabut kont*l ini dari sarangnya dan ening berteriak : Oooh..jangan di cabut..oohh lagi enaaak… neechhh.. .sengaja ini saya lakukan untuk memancing kepenasaran dia..dan ternyata berhasi…, dia langsung mendorong saya ke atas tempat tidur untuk merubah posisi agar dia berada di atas daaannn di langsung naik ke atas perut saya mengambil posisi yang pas untuk memsukan kont*l ini ke dalam sarangnya dan setelah pas posisinya diapun langsung bergoyang laksana kuda yang kehilangan kendali, oh…yes…ah…ya…ya..ya.. enak…juga terdengar suara keluar masuk mem*k…preetttt…preetttt…dalam kondisi seperti itu saya pegang pantatnya agar gerakan erotisnya tambah berirama turun naiknya dan tepat di atas kepala saya terlihat indah duabuah bukit kembar yang bergelantungan seakan meminta untuk di lahap dan tanpa ragu-ragu lagi sayapun melahapnya dengan penuh gairah ohh…susu kamu..enak bwanget Ning….terus goyang ning…,mulut ini memainkan lidahnya di kisaran pentil susunya sementara dia terus bergoyang dan akhirnya gerakan-gerakannya semakin cepat..semaking..cepat tanpa terkendali sampai-sampai dia mencakar saya…. Sambil berteriak..oh…pak….pak…saya mo..mo.. pipis lagi okh..okh..karena gerakannya yang semakin dahsyat sayapun menurun-naikkan pantat saya agar dian cepat keluar dan alhasil dia mengejang lalu terkulai jatuh di atas dada sangat terasa air kehangatan yang keluar dari dalam mem*k itu menguyur kont*l yang masih berada di dalam sarangnya, saya tidak mau kehilangan kesempatan yang enak itu hanya di renggut sama ening saja dan setelah dia sampai, saya copot kont*l ini dari sarangnya dan ening saya suruh nungging (Dogy style) untuk saya masukin lagi torpedo ini, walaupun saya tahu dia masih belum hilang rasa nikmatnya dan setelah dia pada posisi saya masukan kont*l ini ke mem*k perawan kampung itu dengan mudahnya lalu saya gerakan keluar masuk dan karena mem*k itu masih basah bekas cairan kenikmatan yang keluar dari dalamnya maka gerakan itu bisa langsung pada yang inti yaitu tusukan panjang dan pendek, dia pasrah kont*l ini keluar masuk dengan bebasnya dan antara pantat dengan pangkal kont*l ini saling beradu sampai menghasilkan suara cret…cret..cret.. prêt…prêt.prêt… permainan ini berjalan +/- sampai 30 menitan dan akhirnya sayapun hampir sampai ke klimax yang saya tunggu-tunggu, gerakan saya tambah di percepat dan si eningpun ikut bergoyang juga sampai akhirnya saya bilang Eniiiing….saya..mo sampe ..nech….oh…ah…terus goyang sayang…oh…oh…ooooh……cret..cret..crett…seeer ,ooh enak pak…jangan di cabut..dulu kont*lnya…oh..enaaaaakkk terasa…oh…biarin aaajaah…dulu di dalem..pak ening lagi eenaaakkkk …please … jangan di lepaaassss..oh…oh…,-

Rupanya si eningpun mencapai oragnsmenya untuk yang kesekian kalinya, dia hanya terdiam dan kamipun lunglai berduaan di atas springbad telanjang bulat setelah bergelut dengan birahi selama +/- 3,5 jam (saya bilang 3,5 jam karena sejak saya menciumi tangannya pada saat memijit saya sempat melihat jam dinding menunjukan waktu jam 20.30 dan selesai +/- jam 24.00), Si Ening saya belai rambut hitamnya dengan mesra,saya cium pipinya dan saya kulum sebentar bibirnya, sebagi tanda terima kasih dan tidak terlihat di wajahnya rasa penyesalan sedikitpun bahkan sepertinya dia mau mengulang lagi pertemouran malam itu.

Maka sejak saat itu apabila ada kesempatan untuk ML sama dia selalu kami lakukan kapan saja dan dimana saja tidak mengenal tempat dan waktu, sampai akhirnya dia pulang ke kampunya karena di panggil sama orangtuanya untuk kawin dan sejak itu saya tidak pernah ketemu lagi sama dia.. Oh..sungguh pengalaman yang sangat nikmat, selamat jalan eningku, Perawan Kampung yang Manis.

Bercinta Dengan anak pecinta alam

Bercinta dgn anak pecinta alam

Perkenalkan namaku Son, mahasiswa semester III, TB 168 cm BB 58 kg. Berikut adalah kisahku.

kejadian ini terjadi pada waktu aku melakukan pendakian gunung lawu bersama teman-temanku. Lokasiku saat itu berada dekat base camp pertama kearah pendakian gunung lawu. Aku sedang beristirahat sendirian disini.
tadi malam aku bersama teman-temanku 5 orang sudah melakukan pendakian menuju puncak lawu dan telah berhasil mencapai puncak lawu jam 6 pagi tadi.

Sekarang dalam perjalanan pulang, sementara teman-temanku sudah pada turun gunung semua, kuputuskan untuk beristirahat sebentar di base camp pertama ini sambil mendirikan tenda, biar nanti agak sorean aku turun sendiri menuju pos kami yang dekat dengan rumah penduduk sekitar gunung lawu ini.

Sore itu pukul 15.10 wib, aku baru saja selesai menyeduh kopi instanku, ketika tiba-tiba dari arah semak belukar arah barat muncul 2 orang cewek dengan baju dan kondisi acak-acakan.

"Halo mas?" sapa salah satu cewek itu padaku. Cewek yang kutaksir berusia 18 tahun kelihatannya anak SMA, rambutnya pendek seperti aktris Agnes Monica. Sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu mirip-mirip bintang sinetron Bunga lestari.
"Halo juga" jawabku menyembunyikan kekagetanku karena munculnya yang tiba-tiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu gunung ini yang mau menggodaku.

"Loh, dari mana, kok berduaan aja?" tanyaku coba berbasa-basi.
'Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus nyasar.." jawab cewek itu sambil duduk di depanku. "Boleh minta minum gak? kita Haus sekali, sudah 5 jam kita jalan muter-muter gak ketemu jalan sama orang."
Aneh juga pikirku, padahal perasaanku dari tadi pagi, sering sekali aku berpapasan dengan orang-orang atau rombongan pecinta alam.
"Ada juga air putih, tuh dibotol atau mau kopi, sekalian aku buatin?" jawabku.

Cewek yang berbicara denganku tadi ini tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung menghampiri botol minum yang kutunjukan dan segera meminumnya dengan terburu-buru, sedangkan temannya yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minumku dengan santun.

Kuperhatikan saja tingkah mereka, cewek-cewek muda ini cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jean dan sepatu olah raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak bawa bekal atau peralatan sama sekali.

mereka minum terus sampai puas kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang kugunakan untuk memasak air.
"mas namanya siapa?" tanya cewek yang berambut pendek. "namaku adek sedangkan ini temenku lina" katanya lagi.
"namaku Son" jawabku pendek sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Ada makanan gak, mas? Adek laper banget nih.." Tanya Adek tanpa basa basi kepadaku yang sedang memperhatikannya.
"Ada juga mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung airnya mendidih" jawabku.
Ternyata Adek tidak mau masak sendiri, dia terus berbaring dan minta tolong padaku untuk dimasakin mie. "Wah kamu ini manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruh-nyuruh?" godaku pada Adek.
"Tolong deh mas.. Adek capek banget" "Nanti gantian deh.. " rayu Adek padaku.
"gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya pake pijet aja ya?" godaku lebih lanjut.
"maunya tuh.. tapi bereslah.." jawab Adek cuek sambil memejamkan matanya.

kuperhatikan lina, tapi dia ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika kutawarkan mie.

Sementara aku masak mie instan, Adek kemudian bercerita kisahnya sampai dia dan lina tersesat berduaan di tengah gunung Lawu ini. Adek berangkat bersama serombongan pecinta alam SMA-nya jam 10 siang tadi. Rencananya malam nanti Adek dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu menuju base camp kedua, perut lina sakit, sehingga adek menemani lina mencari tempat untuk buang hajat. tetapi setelah selesai ternyata mereka tertinggal dan terpisah dari rombongan.

Setelah mienya siap segera saja pancinya kuberikan pada mereka untuk segera disantap. masih saja adek protes kok tidak ada piringnya. "emangnya ini diwarung" kataku cuek sambil tersenyum kearah lina.
lina hanya tersenyum tipis dengan bibir gemetar. "kamu sakit ya Lin?"
"nggak mas hanya kedinginan" katanya pelan.
"butuh kehangatan tu mas son" potong adek sekenanya.
Wah kaget juga aku mendengar celoteh adek yang terkesan berani.`

Kuperhatikan keadaan sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh jangan-jangan sudah mau hujan. Segera saja kubereskan peralatanku, "masih pada kuat jalan nggak?" tanyaku pada 2 orang cewek ini.
"nanti kalau disini hujan, bisa basah semua.. mending kalo masih bisa jalan kita cepat turun agar nggak kehujanan"

Baru saja selesai aku bicara, tiba-tiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang keras,"Duer!!" disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa rintik-rintik air hujan. "Nah lo.. benerkan, telat deh kalo kita mau nekat turun sekarang." kataku sambil mematikan kompor parafinku.
"Ya udah, cepet masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres disini!" perintahku sambil membereskan peralatanku yang lain karena hujan sudah mulai turun.

Aku, Adek, dan lina segera berdesak-desakan di dalam tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin yang keras, segera aku memasang lampu kemah kecil yang biasa kubawa kalau aku naik gunung. lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi didalam tenda ini.

sementara kurasa hari menjelang magrib, dan hujan masih saja turun walau tidak deras.

Adek dan lina duduk meringkuk berdampingan dihadapanku sambil tangannya mendekap kaki.
"Kamu masuk aja ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali", saranku pada lina yang mulai menggigil kedinginan. "tapi copot sepatunya."

lina diam saja, tapi menuruti saranku. akhirnya Adek dan lina tiduran berhimpitan didalam sleeping bag sambil berpelukan.

kuperhatikan saja tingkah mereka berdua,
"Hei kalian pada ngomong dong, jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya." Ucapku pada Adek dan lina.

"mas son gak kedinginan..", tanya lina tiba-tiba.
"ya dingin to, siapa juga yang nggak kedingan di cuaca seperti ini?" jawabku apa adanya. "kalian enak berduan bisa berpelukan gitu.. gak adil" kataku mencoba bercanda.

"ya mas son sini to, kita berpelukan bertiga" kata adek pendek. tak ada nada bercanda dalam nada omongannya.
Waduh, gak salah denger nih? pikirku. tak akan ada kesempatan kedua kalau hal ini kutanyakan lagi.

"ya udah, kalian geser dong. aku mau ditengah biar hangat." kataku cuek sambil membuka resleting sleeping bagku. Tidak sempat kuperhatikan ekspresi lina atau adek, karena keadaannya yang remang-remang.
Aku merebahkan diri diantara dua cewek yang baru kukenal ini, tak ada kata-kata atau komentar apapun, kulingkarkan kedua tanganku kepada adek di sebelah kiri dan lina disebelah kanan. walau awalnya aku merasa canggung tapi setelah kunikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekapku dan akupun merasa nyaman sekali.

kepala adek dan lina bersamaan rebah di dadaku. kurasakan deru nafas yang memburu dari keduanya dan dariku juga.
"badan mas son hangat ya lin? kata adek pelan seraya tangannya melingkar kebawah dadaku dan kakinya naik menimpa kakiku. barangkali adek lagi membayangkan aku seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur.

"iya tadi lin takut sekali, sekarang di peluk sama mas son, lin jadi ngga takut lagi." jawab lina pelan sambil mengusap kepalanya di dadaku. samar-samar tercium bau wangi dari rambutnya.

kemudian darahku terasa terkesiap saat dengkul adek entah disengaja atau tidak menyenggol burungku."ehm.." aku hanya bisa berdehem kecil ketika kurasa hal itu ternyata mendorong birahiku naik.

waduh, pikiranku langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan selangka seperti ini kusia-siakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih..
iseng-iseng tangan kiriku yang masih leluasa memeluk tubuh adek mulai meraba-raba kebagian daerah payudara adek. "ehm.." adek ternyata hanya berdehem pelan, akupun mulai berani meningkatkan aksiku lebih lanjut, aku mencoba meremas lembut payudaranya.

ternyata adek hanya diam, dia hanya mendongakkan mukanya menatapku, sambil tangannya juga meraba-raba dan mengelus-elus dadaku.

kucoba mencium rambutnya lalu kukecup kening adek, sementara tanganku terus meremas-remas payudaranya dengan tempo agak cepat. "aah.. mas son" suara adek terdengar lirih.
"ada apa dek ? tanyaku pelan, melihat lina sudah mulai curiga dengan aktivitas yang kulakukan."kamu masih kedinginan ya? kataku lagi sambil menggeser tubuhnya agar lebih naik lagi, sementara tanganku jadi lebih leluasa menelusup kedalam balik jaketnya dan membuka pengait bh-nya yang masih tertutup dengan kaos luarnya.

Adek hanya diam saja saat kulakukan hal itu, bahkan saat tanganku sudah sempurna merengkuh payudaranya dibalik bh-nya, dia menggigit kecil dadaku. "ah..mas son.." katanya parau dengan tidak memperdulikan ekspresi lina yang kebingungan.

Saat kupermainkan puting payu dara adek, tiba-tiba adek bangkit sambil berkata, "mas son, adek ma..masih kedinginan" kata adek dengan bergetar sambil menghadapkan mukanya kewajahku sehingga jarak muka kami begitu dekat, kurasakan nafasnya memburu mengenai wajahku.
aku hanya bisa diam tercekat ketika adek mulai menciumi mukaku dengan tidak beraturan, mungkin karena gelap hampir semuanya kena diciumnya. kurasakan lagi kaki adek sudah melakukan gerakan yang teratur menggesek-gesek burungku naik dan turun.

tanpa sadar akupun membalas ciuman adek, hingga akhirnya bibir kami bertaut, dengan penuh nafsu adek mengulum bibirku sambil lidahnya terjulur keluar mencari lidahku. setelah didapatnya lidahku, dihisapnya dengan kuat sehingga aku sulit bernafas.
gila ni cewek abg sudah pintar french kiss, tanpa sadar tangan kananku mencengkram pundak lina.

"mas sakit mas pundak lina" kata lina tiba-tiba yang menghentikan aktivitasku dengan adek. "oh maaf lin" jawabku dengan terkejut. kuperhatikan ekspresi lina yang bengong melihatku dengan adek. tapi rasa tidak enakku segera hilang karena ternyata adek tidak menghentikan aktivitasnya, dia cuek aja dengan lina, seakan menganggap lina tidak ada.

adek terus menciumi telinga dan leherku."mas son, adek jadi pengen.. adek jadi be-te, birahi tinggi" kata adek lirih di telingaku sambil tangannya sudah bergerilya mengusap-usap burungku yang masih tertutup rapat oleh celana jeanku.

Waduh.. bagaimana ini pikiranku serasa buntu. kupandangi wajah lina yang kaku melihat polah tingkah adek yang terus mencumbuku.
lina pun bangkit dari rebahannya sambil beringsut menjauh dari badanku.
Tak sempat ku berkata lagi, adek yang sudah horny tinggi tanpa ampun menyerangku dengan ganasnya, dicumbunya seluruh wajah dan leherku, malah kini posisinya menaiki tubuhku dan berusaha membuka bajuku.

aku yakin walau suasananya remang-remang, lina pasti melihat jelas semua aktivitas kami, bahkan dengan kaos adek yang sudah tersingkap keatas dan tanganku yang sedang meremas-remas payudara adek sekarang jelas terpampang di depan mata lina.

kepalang tanggung, segera saja kurengkuh tubuh kecil adek dan kuhisap puting payudara adek secara bergantian dengan posisi adek diatas tubuhku.
"ah.. ah.. mas son.." gumam adek lirih, "enak mas, terus.. jangan dijilat terus, tapi disedot.. aah.."
aktivitas ini kuteruskan dengan mengelus dan meraba pantat adek yang sejajar dengan burungku. kuremas pantat adek sambil menggesek-gesekan burungku pada daerah V adek yang masih terbungkus dengan celana jean adek.

kujilati semua yang ada di dada adek, bahkan kugigit kecil puting adek yang membuat adek melenguh panjang, "aaahh.. sshh.."
aksiku ternyata membuat adek blingsatan, dikulumnya bibirku dan diteruskan keleherku sambil berusaha membuka semua bajuku, nampaknya adek mau balas dendam melancarkan aksi yang sama dengan kutadi.

Benar saja, begitu bajuku terbuka semua, adek segera menghisap putingku dan menggigit-gigit putingku dengan ganas.
kurasakan sensasi yang luar biasa yang membuat burungku semakin tersiksa karena tidak bisa bangun terhalang oleh celana jeanku.

saat itu bisa kuperhatikan lina disamping kiriku yang sedang menatap nanar aktivitas kami, kulihat tangan kanannya dijepitkan pada dua belah pahanya, entah sedang terangsang atau sedang kedinginan.

tanpa kata, kujulurkan tangan kananku mengelus paha lina sambil berusaha meraih tangan lina. lina hanya diam saja, bahkan semakin terpaku saat melihat aksi adek yang terus mencumbu bagian bawah pusarku. aku yang merasa sangat geli hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku kekiri dan kekanan, "aah.. dek, jangan dijilat di daerah situ terus.. ge..li se..ka..li.." ujarku dengan nafas tersengal, tanpa sadar aku sudah meremas tangan lina dan linapun kurasa juga membalas remasan tanganku.

Tapi kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat, adek seolah sudah tidak peduli lagi, dia langsung membuka ikat pinggangku diteruskan dengan membuka resleting celana jeanku. Aku hanya bisa pasrah menerima nasipku saat itu, keperhatikan tingkah adek sambil tanganku tetap memegang tangan lina.

Saat resleting celanaku sudah terbuka, adek meraih burungku yang masih terbungkus celana dalamku. tanpa banyak kata, adek hanya memperhatikan sebentar burungku kemudian mencium dan menjilat permukaan burungku."aah.." aku hanya bisa mengeluarkan kata itu, saat adek mulai mengulum burungku dan mengisapnya. "aargh .. dek, enak sekali dek" gila ni anak, baru sma sudah selihai ini, aku tak habis pikir.

saat adek masih asik berkaraoke dengan burungku, kulihat sekilas ke lina ternyata dia sedang memperhatikanku dengan pandangan yang tidak kumengerti artinya. kemudian seperti ada dorongan lain kutarik tangan lina sehingga tubuhnya rebahan lagi disampingku."lin, aku ingin cium bibir kamu" bisikku perlahan ditelinga lina.

saat itu lina diam saja, sambil tetap menatapku. kutarik wajahnya mendekat dengan wajahku dan segera kulumat bibir lina yang mungil itu. "eemh .." suara yang terdengar dari mulut lina. tak ada perlawanan yang berarti dari lina, lina diam saja tak membalas ciumanku, entah karena pasrah atau tidak tau caranya berciuman.

kurasakan getaran birahi yang luar biasa saat burungku terus dipermainkan oleh adek sementara kosentrasiku terarah pada lina yang pasrah, segera saja aku menciumi dada lina yang masih terbungkus oleh bajunya sementara tanganku yang satu mengelus-elus selangkangan lina. "aah..ah.." lina mulai bereaksi panas saat kusibak baju lina sehingga aku bisa menjilati permukaan payudara lina yang masih tertutup oleh bH nya.

"ya diajari tu lina, mas son.. sudah gede tapi belum bisa bercinta" kata adek tiba-tiba.
kaget juga aku mendengar teguran itu, kuperhatikan adek tenyata dia sudah tidak mengisap burungku lagi, tapi sedang membuka celananya sendiri. "adek masukkin ya mas" kata adek pelan tanpa menunggu persetujuanku, sambil mengarahkan burungku ke Ms.v-nya.

Pelan tapi pasti adek membimbing burungku untuk masuk penuh kedalam Ms.v-nya. kurasakan rasa hangat menjalar dari burungku keseluruh tubuhku. Ms.v adek yang sudah basah memudahkan burungku masuk ke Ms.v adek, "ah.. burung mas son gede.. terasa penuh di mem*k adek" kata adek mendesis sambil menggoyangkan pantatnya dan memompanya naik turun.
"ah.. ash.. ah.. enak sekali mas son" kata adek parau sambil mencumbu dadaku lagi.

aku yang menerima perlakuan demikian tentu saja tidak terima, kuangkat badan adek dan mendekatkan payudaranya kemulutku sambil terus memompa dari bawah mengimbangi goyangan adek. "huuf.. uh..uh.. aah.. terus mas", erang adek memelas. kujilati terus dan mengisap puting adek bergantian kiri dan kanan, sementara adek menerima perlakuanku seperti kesetanan. "ayo mas.. son.. terus.. ayo .. teruuss.. adek mau dapet ni.."

tak beberapa lama kemudian, dengan kasar adek mencium dan mengulum bibirku, "eeemhp.. aaah.." dan kemudian adek terkulai lemas didadaku, sementara aku yang masih memompa dari bawah hanya didiamkan adek tanpa perlawanan lagi. "aaa.. berhenti dulu mas son, istirahat sebentar, adek sudah dapat mas son" kata adek lirih mendekapku dengan posisinya masih diatasku dan burungku masih didalam Ms.v-nya. kurasakan detak jantung adek yang bergemuruh didadaku dan nafas yang ngos-ngosan mengenai leherku. "makasih ya mas son, enak sekali rasanya" kata adek pelan.

Aku yang belum mendapatkan orgasme, hanya bisa melirik kearah lina yang saat itu ada disampingku, ternyata tangannya sedang meremas-remas payudaranya sendiri dibalik bh-nya yang sudah terbuka. segera saja kutarik lina mendekatiku dan memberi isyarat agar lina berposisi push up mendekatkan payudaranya kemulutku. "aah .. mas son.." kata lina pelan, saat payudara kanannya kuhisap. saat itu adek bangkit dari posisi semula dan mencabut Ms.v-nya dari burungku, kemudian berbaring disisi kiriku sambil merapikan kaosnya.

aku yang kini leluasa, berusaha bangkit sambil mencopot celana jeanku yang masih menempel di lututku. kuterus meremas-remas payudara lina sambil mengulum bibir lina yang kini posisinya berbaring di bawahku. Berbeda dengan yang tadi, kini lina mulai agresif membalas kulumanku bahkan bibirnya menjulur-julur minta diisap.

kubimbing tangan lina untuk memegang burungku yang masih tegang dan basah karena cairan dari Ms.v adek. semula seakan ragu, tapi kini lina mengenggam erat burungku dan seperti sudah alami lina mengocok burungku waktu lidahku bermain di bawah telinganya dan lehernya. "aah .. mas son.. geli .." hanya itu komentar dari bibir lina yang seksi itu.

perlahan lidahku mulai bermain di seluruh dada lina, dari leher sampai gundukan payudaranya kujilati semua, dan kugigit kecil pentil payudara lina.
"aargh.. aah .." lina mulai menggelinjang.

lina diam saja waktu kubuka ikat pinggangnya dan kubuka kancing celana jeannya. kuperhatikan lina masih memejamkan matanya dan melenguh terus saat kucumbu bagian pentilnya, sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat burungku, dan tangan kirinya menekan nekan kepalaku, sesekali menjambak rambutku.

kemudian tanganku menelusup ke dalam balik celana dalam lina waktu kancing celana jean lina sudah terbuka, kurasakan sambutan hangat bulu-bulu yang masih jarang diatas Ms.v lina. kuelus-elus sebentar permukaan Ms.v lina, lalu jari-jariku tak ketinggalan bermain menekan-nekan Ms.v lina yang sudah basah oleh cairan kewanitaan lina. "ah.. mas.. son .. aah" ,suara lina semakin terdengar parau.

aku segera mengalihkan cumbuan ke daerah perut lina dan menurun menuju Ms.v lina. kubuka celana dalam lina tanpa melihat reaksi lina dan segera menciumi permukaan mem*k lina yang masih ditumbuhi bulu-bulu halus yang jarang-jarang.

"ah.. jangan mas son .. ah.." kata lina mendesis. tentu saja kubiarkan sikap yang menolak tapi mau itu. lidahku sudah mencapai permukaan Ms.v lina dan kujilati Ms.v lina yang segera membuatnya menggelinjang dan dengan mudah aku menurunkan celana jeannya sampai sebatas pahanya. kujilati terus Ms.v lina sampai kedalam-dalam sehingga pertahanan lina akhirnya jebol juga, pahanya semula yang mengapit kepalaku mulai mengendur dan mulai terbuka mengangkang, sehingga akupun leluasa mencopot seluruh jean dan celana dalamnya."aah .. argh .." desis lina pelan

Posisiku saat itu dengan lina seperti posisi 69, walau lina tidak mengkaraoke burungku aku tidak peduli tetap menjilati Ms.v lina dengan ganas dan tanpa ampun.
"aah.. mas .. truss.. ahhh .. enaak.. mas .. aah .." teriak lina tidak jelas, sampai akhirnya pahanya menjepit erat kepalaku dan burungku terasa sakit digenggam erat oleh lina, "aaah.. mas .." teriakan terakhir lina, bersamaan dengan sedikit cairan yang menyemprot dari dalam Ms.v lina kedalam mulutku. rupanya lina sudah mendapat orgasme pertamanya walau dengan lidahku.

"aah.. enak sekali.. mas son .. sudah ya mas son..", kata lina pelan sambil tergolek lemah dan pasrah. akupun menghentikan aktivitasku dan mengambil nafas dulu karena mulutku jadi pegal-pegal kelamaan asik mengoral Ms.v lina. aku berbaring ditengah dua cewek ini dengan posisi yang terbalik dengan mereka, kepalaku berada diantara kaki-kaki mereka.

Baru sebentar aku mengambil nafas, kurasakan burungku sudah ada yang memegang lagi, "mas main sama adek lagi ya? adek jadi nafsu ngeliat mas son main sama lina" kata adek tiba-tiba yang sudah bangkit dan kini tangannya sedang memegang burungku.

Aku tak sempat menjawab karena adek sudah mengulum burungku lagi, bahkan kini pantatnya beralih ke wajahku, menyorongkan Ms.v-nya kemulutku untuk minta dioral juga seperti tadi aku dengan lina.

Posisiku dengan adek kini 69 betulan tapi dengan posisiku yang dibawah. kujilati Ms.v adek dengan lidah yang menusuk-nusuk kedalam Ms.v adek.
"eeemph .. emmph .." adek tak bisa mendesah bebas karena mulutnya penuh dengan burungku.
lama kami bermain dengan posisi itu, sampai akhirnya kuhentikan karena aku tidak tahan dengan isapan adek yang luar biasa itu dan kalau dibiarkan terus akibatnya burungku bisa muntah-muntah didalam mulut adek.

Aku bimbing agar adek berbaring disamping lina sedangkan aku diatasnya mulai mencumbu lagi dari payudaranya dengan menggesek-gesekan burungku kepermukaan Ms.v adek. Adek seperti mengerti, kemudian membimbing burungku untuk masuk kedalam Ms.v-nya. Akupun bangkit sambil mengarahkan burungku siap untuk menghujam lubang Ms.v adek. Pelan tapi pasti kumasukan burungku mulai dari kepala hingga semuanya masuk ke dalam Ms.v adek.
"aaah .. mas son .." desis adek sambil menggoyang pantatnya.
kurasakan seret sekali Ms.v adek, beda sekali dengan yang tadi, gesekan itu terasa nikmat menjalar di setiap centi dari burungku dengan sesekali terasa denyutan pelan dari Ms.v adek. "mas yang keras dong goyangnya .. terasa sekali mentok" kata adek sambil melingkarkan tangannya keleherku.

akupun jadi semangat memompa tubuh ranum yang mungil ini. diudara dingin seperti ini terasa hangat tapi tidak berkeringat. "aah.. ah.. terus mas .. terusss..ah.. ah .."
mungkin sekitar 5 menit aku menggoyang adek, sampai kemudian aku tidak tahan melihat payudaranya yang bergoyang indah dengan puting kecil menantang. akupun mengulum puting adek sambil meremas-remasnya dengan gemas, sementara pompaan burungku telah diimbangi goyangan adek yang bisa kupastikan goyangan ngebor ala inul tidak ada apa-apanya.
"ma..mas .. adek mau dapet laggii .. bareeng yaa.. ah .. ah .." desis adek histeris.
aku jadi terangsang sekali mendengar lenguhan adek yang merangsang itu, kuteruskan aksiku dengan menjilat dan mencium dada, ketiak, leher, telinga dan pipi adek.

"aaarg .." adek mengulum bibirku sambil memejamkan matanya. nampaknya adek telah mendapat orgasmenya yang kedua, sementara tubuhnya menegang sebentar dan kemudian melemas walau aku masih memompanya. aku segera mencabut burungku dan mengocoknya sebentar untuk menumpahkan spermaku ke perut adek. crut.. crut.. spermaku keluar banyak membasahi perut adek dan mengenai payudara adek. "aaah.." akupun melenguh puas saat hasratku telah tersalurkan.

adek mengusap-usap spermaku diperutnya kemudian membersihkan dengan tisu yang diambil dari celananya, sedangkan lina mendekat dan melihat aksi adek, kemudian membantu membersihkan spermaku. "baunya seperti santan ya?" komentar lina sambil mencium tisunya yang penuh dengan spermaku.

"ya udah. semua dibereskan dulu" kataku memberi perintah kepada dua cewek yang baru saja bermain cinta dengan ku ini. "kita istirahat dulu ya sambil tiduran, nanti kalo sudah nggak ujan kita putuskan mau turun kebawah atau bermalam disini ya.

akhirnya akupun tertidur kelelahan dengan dua cewek yang mendekapku. entah mimpi apa aku semalam bisa terjebak dalam situasi seperti ini.

T a m a t